Mengetahui adiknya mendapat kekerasan verbal dari ibu mertua, juga kasus perselingkuhan yang dialami kakaknya, membuat Fyan yakin tidak menikah seumur hidup adalah keputusan yang tepat. Hanya saja, ia malah terjebak dalam perasaan baru pada seorang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tujuh tahun setelah pertemuan di Banjir Kanal Barat, Rianti berjuang meraih gelar spesialis dan kini telah tersemat di belakang namanya meski sempat mengambil jeda selama dua tahun. Untuk kedua kalinya, Rianti mengenakan jas putih dan diambil sumpahnya. Tidak ada yang berubah. Ia masih bersama Antonio.
Kenapa memakan waktu selama itu? Sebab selama dua tahun setelah magang, Rianti mencari tambahan untuk biaya pendidikan dokter spesialis dengan bekerja di rumah sakit sebagai dokter umum. Selain itu, Rianti juga mencicipi berbagai macam usaha, seperti menjual makanan ringan, kue basah dan kering, jajanan pasar, hingga yang terakhir dan masih langgeng hingga sekarang adalah pakaian muslimah. Rianti tidak melakukannya sendiri, ada teman-teman yang membantu.
Sampai di tahun kedua, Liliana menghubungi dan ingin membantu Rianti. Tentu saja Rianti tidak ragu lagi untuk mendaftar jadi peserta PPDS. Sejak saat itu hubungan antara Rianti dengan Liliana mulai harmonis. Saat waktu luang, Rianti menyempatkan waktu untuk menjenguk mamanya di Jogja. Liliana sudah bisa bicara, tetapi belum lancar berjalan. Terkait dua kakaknya, hingga saat ini masih sangat menyebalkan. Mereka sama sekali tidak mau merawat mamanya. Masih asyik dengan dunianya.
Sementara itu, Antonio jauh lebih sehat dibanding tahun-tahun sebelumnya, bahkan sudah aktif kembali sebagai dokter. Enggan bekerja di rumah sakit, Antonio lantas membuka praktik mandiri di rumah. Namun, pasiennya dibatasi, mengingat fisik Antonio tidak sesehat sebelumnya. Rianti tidak mau papanya kelelahan. Sesekali, Rianti mengulurkan tenaga jika Antonio kedatangan banyak pasien.
Kabar baiknya kini Antonio mengikuti jejak Rianti, yaitu masuk Islam. Sudah tiga tahun ayah dan anak itu puasa bersama, ya, walaupun untuk Antonio hanya setengah hari dengan alasan kesehatan. Untuk keperluan dokumen islamnya, Antonio mengganti nama menjadi Muhammad Zaki. Tentu saja Rianti bahagia. Kini Rianti sangat tenang mendalami dan menjalani ibadahnya sebagai seorang muslimah, bahkan sudah berani mengenakan hijab.
Semuanya berjalan sesuai keinginan Rianti, bahkan ada yang di luar ekspektasi. Tidak ada yang bisa menggambarkan perasaan bahagianya. Rianti bersyukur hingga detik ini masih dikelilingi orang-orang baik.
"Papa beneran bangga sama kamu, Rianti," ucap Antonio. Matanya berbinar melihat Rianti sekarang. Rianti bukan gadis pemberontak lagi. Anaknya tumbuh seperti bunga di musim semi. Tampak cantik dengan hijab serta kebaya yang dilapisi sneli.
Rianti tersenyum lebar mendengar itu. Hatinya menghangat kala Antonio memeluk dan mengecup kepalanya. "Semua ini nggak lepas dari doa dan dukungan dari Papa."
"Dan, usaha kamu juga." Antonio menambahkan. "Ada temen kamu yang mau ketemu. Dia udah nunggu di luar."
"Pasti Nurul!"
Tanpa berpikir panjang Rianti langsung keluar dari aula. Kakinya yang dialasi sepatu hak tinggi menyusuri jalan setapak. Cukup kesulitan melangkah lebar akibat roknya yang sedikit sempit, tetapi tidak menyurutkan semangat Rianti untuk bertemu dengan sahabatnya itu.