10 • Batuan Dasar

5.2K 470 23
                                        

Fyan merasa aneh saat berpapasan dengan Ratna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fyan merasa aneh saat berpapasan dengan Ratna. Mamanya itu menatapnya tanpa kedip, kemudian menahan senyum. Hartanto juga. Papanya itu malah tertawa ketika Ratna membisikkan sesuatu di telinganya tepat kala Fyan duduk di kursi makan.

"Mama sama Papa kenapa, sih?" Fyan memandang kedua orang tuanya satu per satu, urung memegang sendok. Tingkah aneh mereka ini sungguh membuatnya penasaran.

"Kamu semprotin parfum satu botol?" tanya Ratna.

Fyan mengernyit. Sontak ia mengendus badannya sendiri. "Kayak biasanya, Ma. Nggak sampai habis satu botol juga."

"Tapi, kamu keliatan ganteng sekali hari ini." Kini giliran Hartanto yang bersuara.

Fyan makin tidak paham. Aneh. Tidak biasanya mereka membahas penampilan anaknya. "Emangnya dari kemarin aku nggak ganteng gitu, Pa?"

"Ganteng, tapi sekarang lebih ganteng," jawab Ratna diiringi dengan senyum lebar.

Tidak menemukan jawaban. Fyan masih belum bisa memecahkan sikap aneh kedua orang tuanya. Fyan sendiri tidak merasa ada yang beda dari penampilannya. Menurutnya, pakaian dan parfumnya sekarang masih dalam batas normal. Lantas, kenapa Ratna dan Hartanto menganggapnya berbeda dari biasanya?

"Menurut kamu, Rianti gimana orangnya?"

Pertanyaan dari Ratna membuat Fyan lagi-lagi berhenti mengambil sendok. Ia Sekarang baru mengerti kenapa mama dan papanya bertingkah seperti ini. Pasti mereka penasaran dengan obrolannya dengan Rianti semalam.

"Dia baik," jawabnya singkat. Fyan tidak menemukan deskripsi tepat untuk menjelaskan tentang Rianti yang baru diajak ngobrol semalam.

"Cuma baik? Tapi kamu bisa tahan ngobrol lama sama dia, tuh, semalam. Kamu pasti menemukan sesuatu yang bikin kamu tertarik, kan?"

Oh, iya juga.

Rianti berhasil memecahkan rekor baru untuk Fyan. Pasalnya selain kepada Melisa, Fyan jarang mengobrol lama dengan perempuan. Beberapa perempuan yang pernah ia temui tidak asyik. Obrolannya tidak jauh-jauh dari percintaan. Seolah-olah masalah hidup hanya perkara cinta dan pasangan. Giliran ditanya tujuannya punya pasangan apa, jawabannya selalu sama seperti kebanyakan orang.

"Ya, emang harusnya seperti itu, kan? Habis kerja mau ngapain lagi kalau bukan nikah? Kan, urutannya begitu. Aku udah capek ditanyain mulu sama orang-orang."

Fyan otomatis menjauh karena itu bukan jawaban yang ia harapkan. Itu merupakan standar yang entah siapa yang menciptakan. Kalau tidak mengikuti standar itu dianggap jelek, digunjing sana-sini. Fyan tidak mau pernikahannya sebagai ajang prestasi, apalagi hanya untuk membungkam mulut orang lain. Fyan akan menikah kalau menemukan perempuan yang memilih visi dan misi yang sama. Tentu saja ia tidak bisa menyimpulkan itu dari Rianti. Semalam saja baru mengobrol satu jam.

"Kami cuma tukar pengalaman aja, Ma. Nggak ada yang aneh-aneh," jawab Fyan.

"Mau aneh-aneh juga nggak apa-apa. Mama seneng kalau kamu mau interaksi sama perempuan. Siapa tahu jodoh, kan?"

Menembus Partisi - [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang