Rianti menobatkan tidur semalam sebagai tidur yang paling berkualitas, sebab paginya dia merasa lebih segar dari biasanya. Ia jadi memiliki cadangan energi sampai malam nanti.
Pakaian scrub warna pink melekat di tubuh kecil milik Rianti. Sesekali tangannya meraba bagian yang berantakan. Selanjutnya, Rianti menyisir rambut, membubuhkan bedak ke seluruh wajah, sedikit eyeshadow di kelopak mata, dan pewarna bibir. Rianti sempat galau memilih warnanya, antara merah menyala atau warna kalem. Rianti lantas menggabungkan warna gelap dan terang hingga menghasilkan gradasi di bibir tipisnya. Terakhir, Rianti menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhnya.
"Lipstik kamu berantakan."
Spontan Rianti senyum-senyum sendiri kala teringat ucapan Fyan. Bagaimana bisa Fyan percaya begitu saja pada saat itu warna bibirnya alami? Memang pada saat itu Rianti sedang memakai liptint berwarna cherry sebab warna dasar bibirnya adalah merah muda.
"Rianti cantik, Rianti baik, Rianti pasti bisa! Semoga hari ini menyenangkan." Rianti mengucapkan afirmasi seperti biasa setiap pagi. Menyampaikan kata-kata positif untuk diri sendiri sangat penting bagi Rianti. Siapa lagi yang mau memberikan selain dirinya sendiri?
Saat mengenakan sepatu, Rianti teringat kejadian semalam. Lagi-lagi, senyumnya terbit. Sepatu bertali ini baru ia pakai ketika menjadi internship. Pada saat koas, sepatu tersebut nyaris tidak pernah terpakai sebab intensitas berjalannya sangat tinggi daripada sekarang. Selama menjalani kehidupan sebagai dokter internship, tugasnya hanya menerima pasien di IGD, sisanya mencatat rekam medis dan resep. Rianti belum pernah mengalami kerepotan seperti masa koas.
Kini, sepatu ini akan Rianti pakai setiap hari supaya selalu teringat orang yang mengikat talinya.
Persiapan beres, sekarang giliran perutnya yang diberi hak. Lontong sayur labu menjadi menu sarapannya hari ini. Tentu saja bukan Rianti yang membuat. Ia masih berlangganan katering Nuri sampai tiga hari ke depan. Di rumah barunya nanti, Rianti akan mencari katering terdekat saja. Mungkin juga dirinya akan belajar masak.
Sarapan selesai, Antonio juga sudah minum obat. Saatnya Rianti berangkat ke rumah sakit. Biasanya Rianti akan menemukan pengemudi ojek online di ujung jalan sehingga jarang memesan lewat ponsel. Maka dari itu, Rianti berjalan kaki sampai sana.
Bunyi klakson di belakang membuat Rianti menyingkir walaupun posisinya sudah di pinggir jalan. Namun, kendaraan itu justru berhenti tepat di samping Rianti.
"Dek, kenapa jalan kaki?"
Rianti terkesiap dan ketika menoleh ia pun baru menyadari mobil yang berhenti adalah mobil Fyan.
"Belum dapet ojek?" tanya pria itu lagi.
Rianti menggeleng. "Belum, Mas."
"Naik aja sini. Saya antar."
"Tapi, kita, kan, nggak searah?"
"Kebetulan saya mau ketemu klien searah sama rumah sakit. Kalau kamu mau bareng, boleh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Menembus Partisi - [END]
RomanceMengetahui adiknya mendapat kekerasan verbal dari ibu mertua, juga kasus perselingkuhan yang dialami kakaknya, membuat Fyan yakin tidak menikah seumur hidup adalah keputusan yang tepat. Hanya saja, ia malah terjebak dalam perasaan baru pada seorang...