02 • Kerangka

8.6K 711 29
                                        

"Aaah!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aaah!"

Fyan tersentak saat dua telapak tangan menepuk wajahnya dengan keras. Perutnya juga terasa berat, seperti ditimpa tubuh anak kecil. Ketika mata terbuka sempurna, ia mendapati wajah mungil anak perempuan dengan empat gigi di bagian depan. Fyan langsung menegakkan tubuhnya sembari menahan punggung kecil milik anak itu.

"Kok, kamu udah bangun jam segini? Di sini pula." Fyan memangku anak itu, lalu melirik jam dinding. Sekarang pukul enam lebih lima belas menit.

"Emang gila bapak kamu, ya! Ninggalin kamu sendirian di sini." Sudah jelas pelaku yang meletakkan anaknya di kamar ini tak lain Ryan yang sejak semalam menginap di sini. Siapa lagi yang lancang masuk kamar ini selain saudara kembarnya sendiri? Ya, walaupun pinggirnya sudah diberi guling dan bantal yang tinggi, tetap saja tidak aman, kan, kalau anak ini merangkak kejauhan.

Fyan kemudian mengangkat tubuh keponakannya itu dan memakai sandal. "Ayo, kita omelin bapak kamu biar nggak ceroboh lagi."

Celotehan Sekar, nama anaknya Ryan, mengiringi Fyan yang menuruni tangga. Bayi yang sebentar lagi berulang tahun yang pertama ini terlihat lucu. Beberapa kali Fyan menurunkan tangan mungil Sekar yang mau masuk ke mulutnya.

"Papa!"

"Iya, kita nyusul papanya Sekar. Sekar senang bobok di rumah nenek?"

"Papa!"

"Iya, Sekar udah nggak sabar mau ketemu Papa?"

"Aaah!"

Fyan jadi gemas sendiri melihat tingkah Sekar, apalagi kalau nanti Sekar sudah tahu jajan di warung. Fyan sangat siap dompetnya dikuasai anak ini. Tenang saja, Fyan sudah punya dana terpisah kalau ada keponakan yang datang. Tiara yang paling besar juga kebagian.

Kalau ditanya alasannya apa, Fyan tidak memiliki alasan khusus. Ia hanya senang ketika melihat para keponakannya gembira setelah dibelikan sesuatu. Fyan masih ingat sebagian gaji pertamanya dulu dibuat beli sepatu roda untuk Tiara, padahal saat itu gajinya masih sedikit.

Rupanya bapak anak ini sedang duduk santai dan mencomot tahu goreng buatan Ratna. Fyan langsung menghampirinya.

"Enak bener bapak satu ini. Ninggalin anaknya di kamar sendirian. Kalau jatuh gimana?"

"Orang baru aja, kok," jawab Ryan dengan pipi mengembang karena masih diisi makanan. "Lagian bagus anak aku ada di situ. Kamu jadi bangun, kan."

"Aku baru aja tidur, Ryan. Tadi habis subuh aku udah bilang ke Mama minta dibangunin jam tujuh. Ini belum ada!" Fyan jelas kesal. Semalam dirinya memang tidak cukup tidur karena harus mengerjakan desain bangunan untuk tiga klien yang semuanya akan diserahkan hari ini. Baru tidur dua jam harus bangun lagi untuk salat Subuh.

"Ya udah, deh, maap. Ayo, Dek, sama papa." Ryan berdiri, hendak mengambil Sekar. Namun, anak itu justru menggenggam erat pakaian Fyan.

"Papa!" seru Sekar.

Menembus Partisi - [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang