26 - Rumah

3.3K 407 27
                                        

Fyan mencoba menggerakkan tangan kanannya begitu arm sling dilepaskan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fyan mencoba menggerakkan tangan kanannya begitu arm sling dilepaskan. Masih sakit, tetapi tidak separah kemarin. Perlu waktu yang cukup lama lagi agar tangannya kembali normal.

Tentu saja selama tangannya sakit, Fyan tidak bisa mengenakan pakaian sendiri. Harus ada yang membantunya. Selama ini Ratna yang turun tangan, kadang-kadang Ryan kalau sedang berkunjung. Pakaian yang bisa digunakan hanya kemeja.

"Kalau mama minta tolong jagain Sekar sebentar kamu keberatan nggak?" tanya Ratna usai menutup pintu lemari milik Fyan. Memang saat ini Sekar ada di sini. Ryan dan Nuri sedang pergi ke rumah sakit. Perkara main lupa parkir kemarin itu akhirnya menemukan titik terang. Nuri mau pasang IUD.

"Emang Mama mau ke mana?"

"Mama mau ke rumah Bu Silvi, anaknya baru aja pulang dari rumah sakit. Sekar baru tidur, kasihan kalau dibangunin, kan."

Hening menyambut sebab Fyan mulai memikirkan sesuatu. Seingatnya Nuri itu punya dua adik perempuan dan ibunya lebih sering di rumah, tetapi kenapa Nuri hampir jarang menitipkan Sekar ke mereka? Terkadang Fyan kasihan pada Ratna dan Hartanto yang sudah tua tetapi masih harus mengurus cucunya.

Keluarganya dengan keluarga besar Nuri akan bertemu ketika ada acara besar meskipun jaraknya dekat. Tak heran bila mereka tidak akrab satu sama lain. Malah lebih dekat dengan keluarga ayahnya Candra yang jelas-jelas jauh. Fyan tidak bermaksud membandingkan. Hanya saja dia tidak rela kalau orang tuanya hanya kebagian repotnya. Rasanya ingin mengompori Ryan untuk menyewa pengasuh bayi saja.

"Ya udah kalau Mama mau pergi, biar aku yang jagain Sekar," ucap Fyan.

"Kalau gitu mama titip Sekar, ya. Popoknya baru diganti, jadi nanti kalau bangun kamu nggak perlu ganti popoknya lagi karena biasanya belum penuh. Susunya ada di cooler bag, kamu hangatin dulu kalau mau kasih ke Sekar."

"Iya, Ma."

Begitu Ratna pergi, Fyan masuk ke kamar tamu yang ditempati Sekar jika sedang tidur di sini. Tangannya tidak kosong karena membawa laptop serta ponsel untuk menyelesaikan pekerjaan. Agar tidak mengusik Sekar, Fyan memilih duduk di lantai yang beralaskan karpet.

Saat Fyan larut dalam gambar-gambar di layar, telinganya mendengar rengekan di belakang. Fyan memutar tubuhnya sedikit. Ternyata Sekar sudah duduk dan mulai menghampirinya.

"Papa!"

Fyan tersenyum. Tangannya menangkap tubuh Sekar yang ingin turun. Kini, anak itu duduk di atas pahanya. "Mau susu nggak?"

"Papa!"

"Ini Payan, bukan papa. Papa kamu lagi pergi sama mama."

"Papa!"

"Ya udah, deh, sekali ini boleh panggil papa, mumpung bapaknya nggak ada. Mau ini nggak?" tanya Fyan seraya mengangkat botol susu yang kosong. Setelahnya Sekar berdiri dan tangannya hendak meraih botol itu.

Menembus Partisi - [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang