Mengetahui adiknya mendapat kekerasan verbal dari ibu mertua, juga kasus perselingkuhan yang dialami kakaknya, membuat Fyan yakin tidak menikah seumur hidup adalah keputusan yang tepat. Hanya saja, ia malah terjebak dalam perasaan baru pada seorang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ratna sedang menerima panggilan video dari Inayah. Tentu saja istrinya Ahsan itu menanyakan kondisi Ratna. Sementara itu, Fyan duduk di seberang mamanya, memegang ponsel dengan posisi horizontal sebab sedang bermain game bola.
"Tiara mana? Kok, nggak keliatan?" tanya Ratna.
"Masih di sekolah, Ma. Lagi latihan nari buat acara perpisahan nanti."
"Oalah. Pantesan nggak keliatan."
"Mama beneran udah sehat? Nggak mau pergi ke dokter?"
"Mama langsung sehat setelah dengerin Fyan curhat masalah cewek. Adik kamu itu kalo lagi naksir jadi lucu."
Telinga Fyan langsung tegak usai mendengar ucapan Ratna. Ia pun menurunkan ponsel, memberikan kode kepada mamanya untuk segera menghentikan obrolan itu. Namun, gagal. Inayah justru menyambutnya.
"Oh, Fyan lagi naksir sama cewek yang sering diceritain Ryan, Ma? Kata Mas Ahsan, dia teman sejawatnya waktu masih di Jogja. Siapa namanya, Ma?"
"Namanya Rianti. Selain cantik, dia anaknya sopan. Pokoknya anak laki-laki mama pintar semua cari istri. Kamu lemah lembut, Nuri cekatan, terus Rianti pinter juga. Sesuai sama karakter anak-anak mama."
Fyan mengerjap tak percaya. Ada-ada saja Ratna ini. Memangnya Rianti mau jadi istrinya? Kalau dirinya jadi Rianti, pasti lebih memilih cari laki-laki lain yang lebih menarik daripada dengan dirinya yang tidak jelas ini.
Karena menegur Ratna tidak berhasil, Fyan akhirnya berusaha membujuk Inayah. "Mbak, jangan dengerin Mama. Mama suka lebai."
"Mbok diamini aja, to. Ucapan Mama bisa jadi doa, lho," balas Inayah.
Fyan menutup mulutnya. Ternyata melawan dua perempuan tidak ada gunanya.
Belum lama terdiam, Fyan kembali dikejutkan dengan dering ponsel miliknya. Matanya melebar begitu melihat nama kontak di layar. Yang meneleponnya adalah orang yang sedang dibahas mamanya.
Telepon ini tidak boleh diterima di sini. Kalau Ratna tahu, yang ada makin jadi menggodanya.
"Kamu mau ke mana?" Suara Ratna menghentikan langkah Fyan.
"Kalo di sini, aku ganggu Mama yang lagi ngomong sama Mbak Naya. Udah, Mama lanjutin aja. Aku ke kamar dulu."
Fyan berhasil kabur. Namun, saat tiba di kamar, dering ponselnya berhenti. Panggilan dari Rianti juga sudah hilang dan notifikasinya menjadi 'panggilan tidak terjawab'.
"Telepon balik nggak, ya?" Ibu jari Fyan sudah siap menekan ikon panggil di bawah nomor Rianti. Hanya saja dirinya masih ragu. Cukup lama di posisi itu sampai akhirnya nama Rianti kembali muncul di layar. Kali ini Fyan langsung mengangkatnya.