Mengetahui adiknya mendapat kekerasan verbal dari ibu mertua, juga kasus perselingkuhan yang dialami kakaknya, membuat Fyan yakin tidak menikah seumur hidup adalah keputusan yang tepat. Hanya saja, ia malah terjebak dalam perasaan baru pada seorang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Akhirnya Fyan terbebas dari penyangga yang selama ini membebat tangannya. Sedikit-sedikit tangan pria bisa digerakkan. Dokter pun menyarankan Fyan untuk membiasakan beraktivitas dengan tangan kanannya lagi, tetapi harus dalam batas wajar.
"Mau nyoba nyetir nggak?" Ryan bersuara ketika tiba di tempat parkir.
"Ya, nggak sekarang. Kamu masih jadi babu aku sampai besok," tolak Fyan.
Ryan mencebik. "Babu jaman sekarang dikasih gaji puluhan juta, kayak Raffi Ahmad gitu. Lha aku dari kemarin cuma dikasih permen."
"Aku Fyan bukan Raffi Ahmad. Ayo, pulang!"
Fyan sudah duduk di sebelah kemudi. Namun, sebelum menyalakan mobilnya, Ryan tiba-tiba mengendus bagian kemudi, dasbor, hingga kursi yang ia duduki. Seperti sedang mencari sesuatu.
"Kok, dari tadi ada wangi lain, ya? Kayak parfum cewek."
Mendengar itu, Fyan terbelalak. Apa iya jejak parfum milik Rianti yang duduk di sana dua hari yang lalu masih tertinggal? Atau justru cuma akal-akalan Ryan yang ingin meledeknya. "Hidung kamu sakit kali. Orang ini kayak biasanya. Sebelum kamu datang juga udah di-vakum."
"Ya, biasa aja, dong, ngomongnya. Jangan ketus gitu."
Fyan mengernyit. "Aku nggak ngomong ketus, Yan."
"Tuh, ngomongnya naik lagi. Pasti lagi ada yang disembunyiin, kan?"
"Nggak!" balas Fyan cepat. Namun, ia sedikit menyesal. Harusnya biasa saja. Kalau hegini, nanti Ryan makin curiga.
Di sisi lain, Ryan berusaha menahan tawanya. Bukan Ryan namanya kalau dalam sehari tidak usil. Rasanya ada yang kurang kalau tidak membuat ulah ke saudaranya. Lagi pula, kalau Fyan benar-benar sedang dekat dengan perempuan, Ryan justru senang, sebab sekian lama dirinya menantikan momen tersebut.
Ryan tahu Fyan tidak seperti dirinya yang mudah mendapatkan wanita. Bukan karena tidak pandai bergaul. Malah relasi Fyan jauh lebih banyak dibanding Ryan. Hanya saja yang paham dengan isi kepala Fyan pasti orang-orang tertentu saja, bahkan Ratna yang notabene ibu kandung terkadang tidak paham. Ryan ingat waktu masih kecil Ratna selalu berkata 'kalau sekarang mama belum tahu jawabannya, kasih waktu mama cari jawabannya, bisa?' setiap kali Fyan bertanya di luar kuasa orang tuanya. Contohnya Fyan pernah bertanya kenapa roda bulat, bukan kotak. Atau bertanya kenapa sapi tidak bertelur. Atau kenapa laki-laki tidak boleh pakai rok, sedangkan perempuan boleh. Yang paling serius itu ketika bertanya kenapa manusia mudah diambil sama Allah, kalau katanya sayang, kenapa nyawanya diambil, Ryan masih ingat dulu Ratna dan Hartanto cukup lama mencari jawabannya.
Tahu potensi Fyan luar biasa, Hartanto dan Ratna mengarahkannya ke proses kreatif yang menantang. Dimulai dari menulis cerita, menyanyi, dan menggambar. Namun, Fyan justru tertarik pada lidi dan stik es krim yang dirangkai menjadi suatu karya, seperti perahu dan rumah. Setelah lulus SMA, Fyan mantap mengambil jurusan arsitek dan diterima.