33 • Ramus

3.7K 454 36
                                        

Sekitar tiga jam perjalanan, Rianti tiba di Yogyakarta dan langsung meluncur ke rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekitar tiga jam perjalanan, Rianti tiba di Yogyakarta dan langsung meluncur ke rumah sakit. Nurul tidak menemaninya sebab ingin bertemu ibunya dulu. Rianti terus cemas saat melangkah ke ruang perawatan Liliana. Jika dalam keadaan sadar, apakah Liliana mau menerima kedatangannya?

Dengan keraguan yang masih membelenggu, Rianti membuka pintu kamar itu. Dari tempatnya saat ini, ia bisa melihat mamanya sedang duduk di atas kursi roda, tentu dengan infus masih menancap di tangan. Posisinya membelakangi pintu sehingga wanita itu tidak melihat kedatangan anaknya.

Makin dekat, gugup membekap tubuh Rianti dengan luar biasa. Ingin mundur, tetapi kakinya lengket seperti terkena lem. Sudah sampai sini, tidak mungkin putar balik, kan?

Begitu sudah berdiri tepat di dekat kursi roda Liliana, Rianti mengembuskan napas. Kakinya bergerak perlahan diiringi dengan jantung berdetak kencang.

"Mama ...."

Wanita paruh baya mengenakan baju pasien serta selang yang menancap di telapak tangan mengangkat kepalanya. Saat itu juga bola matanya membesar. Mulutnya bergetar seperti ingin mengucapkan sesuatu. Tangannya juga ingin menggapai Rianti.

"Ri-rianti  ...." Liliana memanggil Rianti dengan lidah terbata-bata.

Rianti seketika bersimpuh di hadapan mamanya dengan bola mata memanas. Liliana benar-benar berubah. Rianti masih ingat dulu mamanya selalu tampil cantik, rapi, dan tegas. Sekarang jangankan untuk berdandan, bisa duduk yang benar merupakan sebuah anugerah.

"Mama, maaf aku baru datang."

Liliana tak bicara, tetapi matanya lurus menatap Rianti. Ingatannya berlabuh ke masa lampau. Di mana saat itu ia memaksa Rianti mengubur cita-citanya. Anak perempuan yang selama ini tak pernah didengarkan itu justru muncul di saat keadaan terpuruknya, sementara dua anak laki-laki yang selalu dibanggakan menghilang entah ke mana.

"Aku yakin Mama pasti sembuh. Papa aja sekarang udah bisa jalan, walaupun masih pake tongkat."

Setelah mengucapkan itu, Rianti melihat raut wajah mamanya berubah. Rianti tahu ucapannya barusan tidak akan menghibur Liliana. Rianti hanya ingin mamanya tahu bahwa Antonio bisa bangkit lagi setelah sakit.

"Aku nggak bisa lama-lama di sini, Ma. Aku sekarang tinggal di Semarang. Kalo Mama pengen menghubungi aku, Mama bisa minta tolong Ners Rini. Aku juga bakal usahakan ke sini setiap hari Minggu."

Liliana mengangguk.

Setelah itu, Rianti yang menyuapi mamanya, minum obat, memperbaiki infus yang macet, mengelap tubuh serta mengganti bajunya. Rianti menggunakan kesempatan ini sebaik mungkin. Rianti tidak mengharapkan apa pun selain kesembuhan mamanya.

Meski hari Minggu, Rianti merasa beruntung sebab dokter Virza yang menangani Liliana melakukan kunjungan. Jadi Rianti bisa tahu kondisi Liliana secara langsung.

Menembus Partisi - [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang