Sebenarnya Fyan tidak betah bila harus berdiam di kamar. Menurutnya kalau begitu terus malah tidak jadi sembuh. Jadi, untuk mengusir jenuh, Fyan melanjutkan pekerjaannya di rumah---meskipun menggambar menggunakan tangan kiri butuh kesabaran ekstra, lalu merapikan kamar, dan sekarang membersihkan kolam ikan. Semalam hujan deras dan angin kencang. Ranting dan daun kering berguguran mengotori kolam.
"Kalian udah gede aja," kata Fyan sembari memindahkan ikan-ikan koi dari wadah sementara ke kolam yang sudah dibersihkan. Terakhir kali ia membersihkan, ikan-ikan ini masih kecil. "Semoga aja kalian udah panen sebelum Xabian datang. Kan, sayang kalau kalian dibuat mainan."
Setelah semua ikan berhasil masuk ke kolam, ponsel Fyan di saku celananya berdering. Panggilan video dari Melisa terpampang jelas di layar.
"Tau aja anaknya lagi diomongin." Fyan geleng-geleng. Jempolnya menggeser ikon panggil warna hijau ke atas. Setelahnya menampakkan sebuah ruangan yang didominasi warna putih serta suara anak kecil dan Melisa sedang menegur anak itu agar jangan naik-naik meja.
"Eh, udah diangkat ternyata." Melisa langsung menyadari teleponnya sudah diterima. "Abang lagi di luar?"
"Iya."
"Lah, katanya lagi sakit? Kalo sakit, ya, istirahat, Bang."
"Yang sakit tangannya aja, bukan sekujur badan. Lagian, bosen kalo di dalam rumah terus."
"Kalo kelayapan kapan sembuhnya coba? Nanti kalo sakit-sakitan nggak bisa jagain ayang."
Mendengar kalimat adiknya itu, Fyan justru menautkan alisnya. "Ayang? Siapa ayang?"
Melisa menepuk keningnya. "Astagfirullah, Abang! Makanya punya cewek biar bisa manggil ayang."
"Hubungannya apa coba?"
"Ya, ada hubungannya. Kalo Abang lagi sakit gini, Abang nggak kesepian lagi karena udah ada yang jagain."
"Ah, nggak kesepian amat. Orang ada mama sama papa. Ada Ryan juga."
"Beda, Abang."
"Bedanya apa?"
"Bedanya kalau sama ayang bisa dapet pijat plus-plus."
Fyan memutar bola matanya. "Ada anak kecil ngomong sembarangan."
"Makanya kalo udah cocok sama tetangga sebelah jangan lama-lama, ih. Nanti keburu diambil orang, Abang yang nyesel."
"Kami nggak ada hubungan apa-apa," kilah Fyan.
"Nah, makanya itu biar ada hubungan apa-apa harus disegerakan, Abang. Kemarin Abang yang nolongin dia sampai sakit gini, pasti dia makin klepek-klepek sama Abang."
Kalau Melisa tahu, sudah dipastikan Ryan yang membocorkannya di grup keluarga. Fyan merasa belum pernah menceritakannya dan rencananya ingin merahasiakan itu dari Melisa dan Ahsan. Seperti yang sudah ia katakan, dirinya dan Rianti tidak ada hubungan spesial. Ia bisa kenal gadis itu karena pekerjaan dan menjadi tetangga. Namun, kenapa keluarganya menganggap itu hal yang luar biasa? Apa gara-gara selama ini Fyan sama sekali belum pernah dekat dengan perempuan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Menembus Partisi - [END]
Любовные романыMengetahui adiknya mendapat kekerasan verbal dari ibu mertua, juga kasus perselingkuhan yang dialami kakaknya, membuat Fyan yakin tidak menikah seumur hidup adalah keputusan yang tepat. Hanya saja, ia malah terjebak dalam perasaan baru pada seorang...