07 • Palpitasi

3.4K 405 25
                                    

Gara-gara menangani pasien dari korban kecelakaan itu, Rianti terlambat pulang hampir satu jam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gara-gara menangani pasien dari korban kecelakaan itu, Rianti terlambat pulang hampir satu jam. Kini, waktu menunjukkan pukul 17.00 WIB. Harusnya dia keluar satu jam sebelumnya. Tidak masalah bagi Rianti. Lagi pula jam kerja hanya patokan. Kalau ada pasien minta pertolongan, masa mau diabaikan gara-gara jam kerjanya habis.

Rianti mengecek ponselnya. Alex, caregiver yang menjaga Antonio, memberitahu kalau Antonio sudah mandi sejak dua jam yang lalu. Di pesan selanjutnya bertanya kapan Rianti pulang.

"Sori, baru bales. Ini aku lagi OTW pulang." Begitu balasan Rianti di WhatsApp. Sebelum mengantongi benda itu, Rianti berniat memesan ojek.

"Daripada kamu ngojek, mendingan pulang bareng saya aja."

Rianti seketika berhenti mengetik, lalu menoleh ke belakang dan matanya langsung melebar. Sejak kapan Rudi ada di sini? Seenaknya lelaki itu mengintip ponselnya. Rianti jadi kepikiran untuk menambahkan pelindung layar anti intip di ponselnya nanti.

Sikap Rudi yang begini menambah nilai minus di mata Rianti.

"Anda nggak sopan intip HP saya."

"Saya nggak sengaja lihat, bukan intip."

"Terserah apa alasannya, yang jelas saya nggak mau pulang bareng Anda."

"Kalau kamu galak begini saya jadi makin penasaran sama kamu."

Rianti tidak menggubris. Ia memilih meneruskan langkahnya tanpa menengok sedikit pun. Namun, ia tahu kalau Rudi mengikutinya.

"Cantik, mobil saya beneran kosong, lho. Cukup lebar dan ber-AC. Kamu pasti nyaman di sana. Kalau naik ojek, nanti kamu kepanasan, cantiknya jadi luntur."

Rudi terus mengoceh. Membuat telinga Rianti panas. Apa lelaki itu tidak merasa perempuan di depannya ini tidak suka? Ucapannya tentang mobil itu semakin membuat Rianti yakin bahwa lelaki ini sombongnya selangit.

"Rianti!" Seorang perempuan berkerudung memanggilnya melambaikan tangan dari kejauhan. Rianti memanfaatkan kesempatan ini untuk kabur dari residen menyebalkan itu.

Rianti berhasil menyusul salah satu teman yang memanggilnya tadi. Anehnya si Rudi itu tidak mengejarnya. Justru bagus, kan. Rianti bebas kali ini.

"Kamu tadi keluar bareng Kak Rudi?" tanya temannya itu. Namanya Nurul. Dia, Rianti, dan satu orang lagi satu kelompok magang di sini.

"Nggak sengaja. Dia yang ngikutin aku," jawab Rianti.

"Kok, bisa? Kamu emang habis ngapain sama dia?"

"Ya, nggak ngapa-ngapain. Dia aja yang aneh."

Mata bulat Nurul lantas mengamati Rianti dari ujung kepala sampai ujung kaki. Wajar kalau dokter residen itu mengejar Rianti. Laki-laki mana yang tidak terpesona dengan paras temannya ini? Rianti seperti dewi-dewi yang diceritakan mamanya saat masih kecil. Kulit putih, wajah bersih, badan langsing, mata sipit yang semakin menambah kecantikan Rianti. Tidak perlu mekap, Rianti sudah kelihatan menarik. Nurul yakin itu pemberian dari Allah, bukan lewat operasi. "Dia kayaknya  naksir sama kamu, Ri."

Menembus Partisi - [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang