44 • Kantilever

2.6K 379 64
                                    

Fyan tidak menghitung berapa lama waktu yang berjalan setelah kepergian Rianti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fyan tidak menghitung berapa lama waktu yang berjalan setelah kepergian Rianti. Yang pasti, dia terus sibuk mengisi diri dengan hal-hal positif. Setiap hari Minggu ia rutin mengikuti seminar pernikahan yang selalu mendatangkan narasumber berkompeten. Salah satunya narasumber laki-laki minggu ini. Beliau seorang pengusaha mebel terkenal yang sudah sukses. Namun, beliau selalu membawa istrinya ke mana pun pergi.

"Banyak orang yang bilang rumah tangga itu ibarat menaiki sebuah kapal besar, mengarungi samudera, dan tiba di pulau impian. Saya termasuk orang yang setuju dengan perumpamaan itu, karena menikah adalah ibadah yang paling panjang. Pulau impian kita bukan bahagia, bukan pula memiliki anak, bukan memenuhi kebutuhan biologis, bukan pula hidup bersama dengan orang yang dicintai. Lebih dari itu. Pulau impian yang sebenarnya adalah surga."

Sembari menyimak, Fyan menulis poin-poin penting di buku catatannya. Dia sudah biasa melakukan ini sejak masih duduk di bangku sekolah. Cara ini cukup efektif ketika ujian tiba. Karena senang mencatat, Fyan jadi bisa membaca ulang materi yang pernah diajarkan.

"Ketika kapal sedang melakukan perjalanan, tentu saja tidak selalu berada di laut yang tenang. Kadang kapalnya berguncang, kadang juga harus menerjang badai. Agar tahan lama, kapal harus terbuat dari bahan yang kuat. Bahan kuat yang saya maksud adalah value. Setiap manusia harus punya nilai kuat supaya tidak mudah goyah."

Tangan Fyan menggenggam pulpen sangat erat kali ini sebab tiba-tiba teringat percakapannya dengan Rianti saat mengantarkannya ke rumah sakit yang saling berkaitan dengan perkataan Bapak ini.

"Kapal tidak mungkin bisa berlayar sempurna tanpa kehadiran kapten nahkoda serta co-nahkoda. Tentu saja yang menjadi kapten nahkoda adalah suami, sedangkan istri adalah co-nahkoda. Mereka harus saling bekerja sama. Kapten dan co-nahkoda harus menjalankan kapal sesuai aturan, sama halnya  suami dan istri harus menjalani pernikahan sesuai aturan agama dan norma yang berlaku. Kapten tidak boleh melenceng, co-nahkoda juga jangan sampai tidak mengingatkan kapten saat kehilangan arah. Kapal akan berantakan jika salah satu atau dua-duanya tidak tahu menahu soal laut."

"Kapten harus memastikan kapal yang dinaiki dalam keadaan layak berlayar, sama halnya seperti suami yang wajib memastikan memperoleh rezeki yang halal serta memberikan tempat tinggal yang layak dan aman. Seluruh penghuni kapal harus bisa meminimalisir risiko dan mengantisipasi berbagai kendala di sepanjang perjalanan. Kapten harus memastikan kapal benar-benar sampai di tempat tujuan. Karena tujuan pernikahan adalah surga, maka suami dan istri harus menjamin keselamatan, keamanan, dan kenyamanan keluarga. Kalau kapalnya bocor, jangan buru-buru lompat ke laut, yang ada tenggelam kalau nggak bisa berenang. Tapi, carilah dermaga, menepi sebentar, tentukan kapal ini bisa diperbaiki atau tidak."

Satu halaman telah penuh, Fyan membalikkan halaman berikutnya. Seperti yang terjadi minggu-minggu sebelumnya, Fyan tertarik dengan penuturan narasumber. Penyampaiannya selalu enak dan tidak merendahkan.

Saat masuk ke sesi tanya jawab, salah satu peserta seminar langsung mengangkat tangan, pertanda ingin mengajukan pertanyaan. Sang moderator kemudian memberikan mikrofon kepada seorang perempuan yang barusan mengangkat tangan. Dia duduk tepat di belakang Fyan.

Menembus Partisi - [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang