46 • Kastil [END]

10.8K 535 91
                                        

Laut yang indah bisa menyapu daratan jika sedang marah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laut yang indah bisa menyapu daratan jika sedang marah. Gunung yang gagah bisa saja melalap habis manusia dengan muntahan lava. Angin terasa sejuk bisa menakutkan dalam sekejap. Hujan yang menenangkan bisa berubah menjadi badai yang siap menghantam apa saja.

Dunia diciptakan dengan setara. Ada senang, ada sedih. Ada sehat, ada sakit. Ada yang datang dan pergi. Selama tujuh tahun ini, Fyan mengisi hidupnya dengan afirmasi-afirmasi positif, kuliah, bekerja, lebih rajin beribadah, kembali menekuni hobinya, hingga hatinya penuh dan tenang.

Hari ini, Fyan muncul di hadapan Rianti dengan versi terbaiknya. Setelah tujuh tahun ia membiarkan gadis itu meraih impiannya. Setelah tujuh tahun ia mempersiapkan semuanya. Fyan hanya tahu kabar perempuan itu dari Antonio, dan ketika tahu hingga detik ini Rianti belum memiliki kekasih, Fyan memberanikan diri datang di acara wisuda Rianti. Ia duduk di barisan belakang bersama Ryan dan Tiara. 

"Om, dulu Ibu sama Papa aku yang bantuin, lho. Kalau aku berhasil, Om harus beliin aku tiket konser BTS bulan November, bulan depan baru dibuka pembelian tiketnya. Nanti aku kirim link, terus Om yang war." Begitu kata Tiara sebelum pergi. Ya, tidak ada salahnya untuk dicoba meskipun ketika berhasil nanti, Fyan harus menguras dompet demi tiket konser.

Kini, semuanya berjalan sesuai skenario Tiara. Keponakannya yang satu ini sepertinya cocok membuka biro jodoh.

"Hai." Laki-laki itu membuka suara lebih dulu, lalu menyodorkan sebuah buket berisi cokelat silverqueen dan boneka beruang kecil memakai toga ke arah Rianti. "Selamat atas kelulusannya, ya. Semoga ilmu yang kamu dapat bermanfaat untuk masyarakat dan kamu sendiri."

Sementara itu, Rianti tersenyum kikuk. Hati kecilnya berkata harus mengamati pria di hadapannya saat ini. Dari tampilan luar memang seperti Fyan. Dari tatanan rambut, kacamata, bahkan gaya berbicara. Namun, Rianti justru tidak yakin lantaran badan Fyan lebih kurus dari terakhir kali bertemu. Apa mungkin selama tujuh tahun ini berat badan Fyan turun drastis?

Cukup lama Rianti menelusuri dan menemukan sesuatu yang ganjil. Dia mantap mengatakan, "Mas Ryan, kan?"

Laki-laki itu melebarkan mata. Sontak mundur satu langkah. "Kok, bisa tahu?"

"Di jari Mas ada cincin. Seingat saya, Mas Fyan nggak pernah pakai cincin."

"Astagfirullahalazim, kok, aku bisa lupa ngumpetin ini! Eh, kalo lupa sama cincin kawin entar ibu negara aku yang ngamuk."

Melihat wajah panik lelaki itu, Rianti berusaha untuk tidak tertawa. Ternyata masih mudah membedakan Fyan dan Ryan meskipun sudah sangat lama tidak bertemu.

Ryan lantas melepas kacamata. "Heh, keluar nggak!"

Tepat setelah Ryan berteriak, Fyan muncul dari balik pilar besar, membuat sosok perempuan di seberang sana terpaku. Fyan melangkah maju dengan jantung berdebar kencang. Makin tak karuan saat Fyan berdiri di hadapan Rianti. Ryan langsung menyerahkan buket cokelat kepadanya dan pergi.

Menembus Partisi - [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang