29 - Dopamin

3K 355 13
                                    

Sepertinya pelangi di mata Rianti belum menghilang sampai detik ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepertinya pelangi di mata Rianti belum menghilang sampai detik ini. Rianti juga sampai lupa bagaimana caranya berhenti tersenyum. Hatinya penuh bunga-bunga. Tubuhnya benar-benar ringan.

"Bu Dokter semringah terus hari ini. Habis dapet hadiah, po?" tanya seorang wanita yang merupakan pasien Rianti sejak dua hari yang lalu.

Rianti tersipu malu setelah mendengar kata 'hadiah'. Dia langsung teringat mural di kamar barunya itu.

"Ibu jadi semangat sembuh kalau dokternya positif gini."

"Harus, dong. Pokoknya Ibu jangan sampai kelamaan di sini," balas Rianti seraya mengangkat kedua jempolnya.

Setelah mengunjungi pasien tadi, Rianti berjalan di lorong. Namun, dirinya tidak bisa menghentikan bibirnya yang terus terbuka lebar. Rianti sadar orang-orang di lorong pasti melihatnya aneh. Tidak masalah. Rianti ingin satu dunia tahu bahwa dirinya sedang bahagia hari ini.

Hal itu tidak berlangsung lama, sebab Rianti merasakan kepalanya ditimpuk sesuatu dari belakang. Saat menoleh, ia melihat Nurul berdiri tepat di belakangnya.

"Astagfirullah, Nu! Kalau aku geger otak gimana?"

"Halah nggak mungkin wong cuma botol plastik kosong! Lagian, kalau beneran geger otak itu bukan gara-gara aku. Dari tadi kamu kayak orang gila tau nggak. Rasanya pengen bawa kamu periksa kepala!"

Rianti menyengir lebar. "Kamu perhatian sekali sama aku."

"Rianti gendheng!" Nurul geleng-geleng. Sungguh sekarang dirinya takut dengan Rianti.

Bukannya berhenti, Rianti terus tersenyum lebar. Bulu kuduk Nurul seketika berdiri. Ini bukan Rianti yang biasanya. Pasti ada sesuatu yang membuat Rianti jadi gila.

"Ada apa, sih?" Nurul makin takut melihat Rianti tidak berhenti tersenyum. "Otak kamu konslet, ya?"

"Aku, tuh, lagi seneng banget. Harusnya kalo temen lagi seneng kamu ikut seneng."

"Lah, yang ada aku malah takut sama kamu. Apa yang bikin kamu seneng sampai jadi orang gila kayak gini?"

Sebelum menjawab, Rianti membawa Nurul ke tempat cukup sepi. Lorong tadi sangat ramai dan Rianti tidak mau meninggikan suaranya.

"Kamu bener-bener gila, Ri. Masa aku dibawa ke tempat sepi!" seru Nurul.

"Heh, kamu pikir aku mau ngapain? Jangan mikir yang nggak-nggak. Aku mau cerita kenapa aku seneng banget hari ini."

"Ya udah cerita biar aku nggak takut liat kamu mesem-mesem nggak jelas. Kamu tahu nggak sadar dari tadi banyak yang ngomongin kamu?"

Selanjutnya, Rianti mengembuskan napas, lalu mengulum bibirnya agar tidak tersenyum lagi. Akan tetapi, usahanya gagal. Rianti tidak bisa berhenti. Sampai akhirnya Nurul mencubit lengannya.

Menembus Partisi - [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang