.
.
.
Terbekatilah Watanabe Haruto malam itu.
Tangan lembut dan hangat itu dengan hati-hati balut tubuh bagian atasnya dengan plester putih, karena banyaknya luka robek kecil di punggung putra bungsunya. Baik Hong Jisoo maupun Watanabe Haruto sama-sama terdiam, Haruto dengan lamunan panjangnya,dan Hong Jisoo yang entah apa yang dipikirkannya.
"Jja,sudah selesai."
Haruto pakai lagi kausnya,masih setia punggungi ibunya—enggan menatap mata cantik sang ibu. Hong Jisoo hanya tersenyum tipis, lebih mirip sebuah senyuman miris. Ia mengusap lembut lengan putranya itu.
"Tidurlah, Haruto."
Maka Haruto dengan patuh perlahan baringkan tubuh lelahnya miring,karena luka di punggungnya ia sulit untuk terlentang dengan nyaman. Hong Jisoo hanya menghela napas pelan,letakkan kotak P3K di nakas sebelah ranjang besar putranya. Ia rasanya sudah lama tak bercengkrama dengan si bungsu Haruto, karena itu ia bersandar pada kepala ranjang—belai lembut rambut legam seperti miliki suaminya yang menurun sempurna pada Haruto. Haruto menggumam malas,mulai mengantuk ketika merasakan usapan lembut di kepalanya.
"Terimakasih,Mum."
Ucap Haruto pelan, Hong Jisoo tersenyum mendengar putranya satu ini yang memang sulit untuk mengutarakan perasaannya, akan tetapi Jisoo tahu, ketika Haruto mulai mengungkapkannya itu berarti seseorang itu membuatnya nyaman. Seperti saat ini misalnya.
Jisoo tak pernah memaksa Haruto untuk mengungkapkan segalanya, karena dalam diri Haruto mengalir darah seorang Alpha dominan yang miliki separuh harga diri dunia—alias harga dirinya sangat tinggi. Akan tetapi Jisoo tahu, Haruto sangat menyayanginya lebih dari apapun.
Karenanya, Haruto juga harus tahu, bahwa ibunya juga mencintainya lebih besar dari apapun. Tak peduli seberapa diluar nalar tingkah Haruto, Jisoo selalu punya maaf seluas samudra untuk anak-anaknya. Jisoo mencintai mereka lebih dari apapun di dunia ini.
"Kau tahu 'kan...Mummy selalu menyayangimu?"
Ucap Jisoo pelan, Haruto hanya mengangguk kecil. Jisoo mengecup puncak kepala si bungsu dengan sayang.
"Tidurlah,Mummy akan menemanimu."
Dan Haruto mendapat mimpi indah malam itu.
***
Watanabe Haruto tahu, ia lahir dengan sendok emas di mulutnya.
Akan tetapi, posisinya tidak terlalu menguntungkan. Sebagai si bungsu alpha dari tiga bersaudara Alpha yang lahir diantara klan Crescent,bukan berarti ia akan berakhir menjadi anak yang paling dimanjakan.Sama sekali tidak.
Diatas Haruto masih ada dua saudaranya, Yoshinori dan Kazuha.
"Ayah!Ayahhh!"
Kazuha yang lebih ceria, mungkin karena ia satu-satunya anak perempuan Watanabe Satou yang lahir dengan limpahan kasih sayang tidak wajar—menurut Haruto,kalian boleh bilang ia sedang iri silakan—baik materiil maupun afeksi. Kazuha masih dengan piyama dan sheet mask di wajahnya turuni tangga dengan heboh, makin heboh melihat atensi sang Ayah yang akan berangkat menuju kantornya.
Kazuha melompat ketika sampai di tangga paling bawah, tanda ia sangat bersemangat.
" Kata Yunjin St.Regis Maldives sudah overbook! Itu ayah yang book semua resortnya?Untuk Zuha?"
Watanabe Satou hanya tersenyum tipis, menepuk puncak kepala si anak tengah Kazuha.
Kazuha hanya ber-wah heboh, dengan gerakan tidak terduga memeluk brutal Watanabe Satou sang kulkas berjalan—kata Haruto juga—sambil terkikik senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
• Manille • Harukyu
Fiksi PenggemarManille;membelenggu Hanya sebuah kisah tentang Watanabe Haruto,putra klan Crescent,dengan ambisinya dan Kim Junkyu,sang mawar dari klan Aaralyn,dengan segala garis nasib yang membelenggunya.Tentang sang Alpha dan sang Omega,tentang cinta,takdir,rasa...