.
.
.
" Tim Beta telah ditempatkan di sekitar mansion Aaralyn, Tuan Kim Mingyu menyetujuinya."
Haruto memperhatikan tab yang Mark Lee sodorkan padanya, bergantian dengan data anggota tim Beta—Haruto harus memastikan tidak ada penyusup atau sejenisnya dalam Tim Beta yang sang ayah kirimkan untuk menjaga mansion Aaralyn, hanya berjaga-jaga.
"Beberapa Tuan Satou perintahkan untuk berjaga dari jauh di sekolah Kim Sunoo dan Jungwon, karena barusan ada laporan masuk kalau adik ipar anda merasa ada yang mengikuti mereka ketika pulang sekolah,"
Ya, Haruto tahu itu. Seluruh keluarga Aaralyn dimata-matai dan dengan sangat terpaksa ia harus memperketat pengawasan disekitar keluarga istrinya.
"Kemudian, Tuan besar Watanabe Nobutada meminta untuk bertemu anda di kediaman beliau lusa,"
Tentu saja berita ini telah sampai pada kakeknya, Tuan besar Nobutada. Haruto khawatir sang kakek akan terkejut dengan apa yang terjadi, tapi di luar dugaan—beliau cukup tenang menghadapi hal semacam ini.
"Kau yakin baik saja?"
Terdiam. Haruto masih dengan posisinya merenung menatap tab milik sekretarisnya. Mark Lee menghela napas, sejak kejadian baku tembak di mansion Crescent—Haruto tidak seperti biasanya, terlihat jauh lebih lelah. Maka dari itu, Mark mengambil sebuah botol putih yang kosong dari meja besar tuan muda-nya itu. Obat penenang—Haruto kembali mengonsumsi obat-obat psikiatri, tepat seperti dugaan Mark.
"Saat ini prioritasku adalah keamanan Junkyu,"ujar Haruto pelan, seakan tidak yakin dengan perkataannya sendiri.
"Aku akan menjadwalkan kunjungan ke dokter Song—kau tidak bisa melindungi keluargamu dan Junkyu jika kau terus begini." Timpal Mark final, ia sudah bicara dengan bahasa non-formal yang artinya, Mark sedang dalam mode 'hyung'. Haruto memijat pangkal hidungnya, matanya terasa amat lelah dan perih karena hampir tiap malam, ia tidak bisa tidur yang selalu berakhir dengan ia mengerjakan semua hal yang bisa dikerjakan di ruangannya.
"Kau yakin tidak akan memberi tahu Junkyu-ssi?"
Menggeleng," Tidak, itu hanya akan membuatnya semakin khawatir."
"Baiklah, itu keputusanmu. Aku bisa meminta Jaemin untuk menemani Junkyu jika ia kesepian karena suaminya yang kesulitan membuka diri itu sibuk,"
Haruto hanya tersenyum tipis, menatap Mark penuh arti,"Terimakasih hyung,"
***
Ada hari-hari dimana Junkyu merasa ia tidak beruntung, dan itulah hari ini.
Kim Junkyu menutup pintu taksi dengan tergesa, setengah tersenggal ia berlari di koridor rumah sakit—mata cokelat cantiknya acak mencari nomor ruangan sesuai dengan yang Kepala Pelayan Han beri tahu. Dan punggung sosok yang sangat familiar menyambutnya di ujung koridor.
"Mama!"
Sang nyonya Aaralyn, menoleh—sedikit terkejut entah kenapa karena sulungnya tiba-tiba saja muncul.
"Junkyu—"
"Papa—mana Papa??"
Perasaan Junkyu meretih melihat wajah lesu sang Ibu, Jeon Wonwoo menghela napas lelah. Tangannya yang dingin merapikan rambut putra sulungnya.
"Papamu masih tidur setelah obat diberikan."
"Bagaimana bisa?"
Jeon wonwoo merasa kelu lidahnya,merasa sang sulung tidak perlu diberi tahu tentang kondisi sang ayah akan tetapi di satu sisi lain ia tidak tega dengan wajah khawatir Junkyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
• Manille • Harukyu
FanfictionManille;membelenggu Hanya sebuah kisah tentang Watanabe Haruto,putra klan Crescent,dengan ambisinya dan Kim Junkyu,sang mawar dari klan Aaralyn,dengan segala garis nasib yang membelenggunya.Tentang sang Alpha dan sang Omega,tentang cinta,takdir,rasa...
