35. I Belong

146 25 4
                                    


Tw//kekerasan, darah,umpatan,nudity

.

.

.

"Tempat terakhir dari yang bisa kami lacak adalah perbatasan hutan barat,mobil yang Junkyu-ssi dan Sejin-ssi tumpangi ditemukan disana,"

Haruto menarik bibirnya kuat, berkali-kali melirik jam tangannya. Sudah 12 jam Junkyu dan Lee Sejin menghilang, dan hampir selama itu pihak kepolisian, juga pihak keamanan swasta milik Crescent mencari. Watanabe Satou tidak bisa memberi bantuan lebih, karena ayah tiga bersaudara Watanabe itu sedang ada di Jerman.

Mark Lee diam-diam memperhatikan sang direktur utama The Serenity yang terlihat nyaris gila, menghubungi pihak mana saja yang dapat membantu agar Junkyu dan Sejin selamat.

" Haruto-ya, duduk, tenangkan pikiranmu—" itu suara Hong Jisoo yang memecah lamunan Mark. Haruto mendatangi Ibunya dengan terduduk,

"Tidak bisa Mum, aku tidak boleh istirahat sementara aku tak tahu apakah Junkyu baik saja diluar sana.."ucapnya pelan dan penuh getaran, Hong Jisoo peluk perlahan putranya, mencoba menenangkan.

Mark dapat melihat wajah Haruto yang benar-benar letih, terduduk menatap ponselnya—berkali-kali mengusap wajahnya frustasi. Hingga akhirnya sebuah panggilan masuk dari nomor tidak dikenal,

Haruto cepat mengangkat panggilan itu dengan cemas,"Halo?Dengan Watanabe Haruto—" akan tetapi apa yang didengar Haruto di sambungan telepon itu buat amarah mencapai ubun-ubunnya.

"Hiks, andwae!Jangan!Jangan!" suara yang familier itu menangis begitu pilu, selanjutnya masuk suara yang buat Haruto menahan gemeletuk giginya.

"Kau dengar itu, sayang?kau juga menikmatinya bukan?"

"Tidak—kau bedebah!Hentikan!HENTIKAN!"

Tawa bengis terdengar menggema, diikuti suara gemerincing rantai dan jeritan seseorang yang suaranya familier.

"JUNKYU!KIM JUNKYU!" Haruto berteriak keras panggil nama itu di telepon yang masih tersambung,

"CHO SEUNGYOUN! KAU AKAN MATI DITANGANKU!" Entah sejak kapan Haruto berteriak begitu putus asa, dan entah bagaimana, Haruto sudah tidak peduli dengan tangisnya sendiri. Sambungan terputus, dan Haruto berteriak memerintahkan siapa saja di Mansion.

"CEPAT LACAK SALURAN TELEPONNYA! SECEPATNYA! LAPORKAN PADAKU!"

Perintah Haruto kepada tim Gamma yang bertanggung jawab soal teknologi. Haruto tak bisa hentikan emosi dan paniknya, bahkan Hong Jisoo tak dapat lagi menenangkan putra bungsunya.

"Watanabe Haruto, tenanglah."

Semua orang di Mansion terdiam begitu suara Alpha itu muncul di ambang pintu besar Mansion, pria berusia 60-tahunan dengan beberapa orang dibelakangnya masuk perlahan. Para pelayan membungkuk hormat, sementara Haruto menatap sang Kakek—Watanabe Nobutada dengan tatapan tak percaya.

"Kakek—"

Watanabe Nobutada tersenyum karismatik, menepuk lengan Haruto pelan.

"A-aku, Junkyu—" Haruto tidak penah memohon pada oranglain sesulit apapun itu jalannya, tapi kali ini ia membungkuk begitu dalam dengan tangisnya. Memohon bantuan sang Kakek,

"Tuan Nobutada, aku memohon pertolonganmu kali ini. Junkyu—istriku, istriku dalam bahaya. Aku tidak bisa menunggunya lebih lama lagi, aku tidak bisa kehilangan dia—aku memohon padamu, sebagai cucumu, dan sebagai seorang Watanabe Haruto."

Mansion Crescent hening, dihiasi isakan-isakan dan resah yang menjadi satu di udara. Watanabe Nobutada tersenyum, memerintahkan Haruto untuk bangkit dari hormatnya.

• Manille • HarukyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang