36. Temaram

257 35 2
                                        

.

.

.

.

Suara ambulans dan mobil polisi membelah langit Seoul dini hari.

Haruto, dengan kaki yang dipaksakan tetap melangkah—melenggang diantara keramaian. Kedua tangannya menggendong Junkyu yang tidak sadarkan diri dan hanya terbalut selimut. Sekilas Haruto melihat Cho Seungyoun diangkat ke dalam mobil ambulans, sementara sebagian besar antek-anteknya telah diringkus pihak kepolisian.

"Tuan Watanabe, di sebelah sini."

Watanabe Haruto segera mengikuti arahan paramedis, meletakkan Junkyu dengan hati-hati diatas bed kemudian paramedis bantu untuk menaikkan kedalam mobil. Alpha itu meminta paramedis untuk menunggu sebentar, ia ingin mencari sang Kakek sebentar.

Watanabe Haruto mendekati pria tua yang masih berdiri tegak bertumpu pada tongkatnya kebesarannya itu,

"Kakek—"Watanabe Nobutada menoleh, tersenyum pada sang cucu. Tuan Nobutada dapat melihat wajah Haruto yang sulit dijelaskan ekspresinya, dan gemetar di tubuhnya—namun tetap mempertahankan langkahnya.

"Pergilah temani Junkyu, Lee Sejin juga telah dibawa ke rumah sakit ditemani sekretarismu.Pergilah, biar Kakek yang mengurus ini semua."

Haruto merasakan matanya panas, tidak sanggup berkata-kata hingga yang muncul hanya,

"Ne, Terimakasih banyak, Kakek." Membungkuk untuk terakhir kalinya, pria muda Watanabe itu bergerak cepat masuk dalam ambulans yang membawa Junkyu. Tuan Nobutada melihat itu semua dengan senyum kecilnya,

"Dia seperti Satou,"

***

Pikirannya berkecamuk, Haruto tidak bisa mengurai kusutnya benang dalam kepala.

Duduk disebelah Junkyu yang tidak sadarkan diri, tangannya tidak lepas menggenggam tangan sang omega. Dadanya seperti dihujam ratusan peluru—penuh, sesak disana.

"J-Junkyu, maafkan aku, maafkan aku..."

Racaunya luruh bersama tangisan, bagaimana tidak? Haruto dengan mata kepala sendiri melihat kondisi tubuh Junkyu yang penuh dengan luka dan jejak cumbuan, mengenaskan. Saat ini Haruto tak bisa rasakan kakinya menjajak bumi, kondisinya memprihatinkan akan tetapi pikirannya hanya penuh dengan sang omega.

'Kita beruntung karena dari hasil visum, tidak ada tanda-tanda kekerasan dalam alat vitalnya. Akan tetapi terkait trauma yang kemungkinan dialami—kami tidak bisa menjamin hal tersebut, semoga tidak seperti dugaan kami'

Haruto menunduk, berusaha menutupi tangisnya. Dan itu semua disaksikan dari kejauhan oleh Jeon Wonwoo yang dirangkul oleh Kim Mingyu, Ibu dari Kim Junkyu itu tidak bisa tahan tangisnya—karena demi apapun, Ibu mana yang tega melihat anak-anaknya menderita? Kim Mingyu menghela napas berat, dekap erat sang istri.

"Tidak apa-apa,Yeobo. Junkyu anak yang kuat, dia akan baik-baik saja." Ujarnya lembut, berkali-kali ia rapalkan untuk tenangkan sang istri.

Tak lama Hong Jisoo datang dengan sedikit tergesa, hatinya meretih melihat jejak tangan kasar di leher Junkyu juga luka melingkar di pergelangan tangannya.

"H-Haruto—" Watanabe Haruto perlahan mendongak dengar suara lembut itu, dan kemudian tangisnya pecah kembali. Hong Jisoo dekap sang putra,erat.Rasakan bagaimana tubuh tegap itu terasa sangat rapuh, dan sepanjang yang Hong Jisoo tahu dalam membesarkan putra-putrinya—Watanabe Haruto tidak pernah menangis sedemikian keras untuk seseorang.

"J-Junkyu, Junkyu kesakitan—ini salahku, ini salahku..." racaunya, Hong Jisoo usap rambut putranya lembut.

"Tidak apa-apa, menangislah dulu. Mummy akan memelukmu, tidak apa Haruto..."

• Manille • HarukyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang