.
.
.
Watanabe Haruto, sejujurnya, benci saat-saat seperti ini.
Duduk dengan kerah kemeja yang mencekik lehernya, perlahan sensasi kaku menjalar di pundak dan tengkuk—tanda ia terlalu tegang dan dalam posisi siaga. Sebenarnya apa yang ditakutkan dari makan malam bersama Keluarga Perdana Mentri?Jika hal ini sudah sangat lumrah bagi keluarga Crescent. Sebagai keluarga yang dirumorkan menguasai perekonomian Korea Selatan—duduk dalam makan malam bersama presiden Korea Selatan bahkan terdengar mungkin.
Terutama saat-saat penting ketika Watanabe Satou akan maju dalam parlemen korea selatan. Pembicaraan mengenai politik menjadi kental, dan jujur setengah mati, Haruto sedikit tidak suka. Terlepas dari semua itu, obrolan ini yang paling tidak Haruto sukai.
"Anda pasti sudah mendengar soal putra pertama kami, Perdana Mentri Kim—"
Satou memulai,dan itu terdengar seperti lonceng kematian bagi Haruto.
Pria paruh baya yang lebih tua dari sang ayah itu tertawa kecil, menatap presensi Watanabe Yoshinori yang duduk disebelah Hong Jisoo.
" Tentu saja! Tentu saja aku tahu, Satou-ssi. Astaga kau pasti bangga memiliki putra hebat yang mengambil alih salah satu perusahaanmu,terlebih di usia muda"
Yoshi hanya tersenyum profesional, sementara yang tertawa lebar adalah Satou.
"Anda bisa saja, Perdana mentri Kim—" timpal Jisoo, Haruto tahu ibunya hanya bersikap sebaik mungkin saat ini.
" Kedepannya jika itu berurusan dengan blue house, beritahu saja kepadaku, tentu saja akan aku bantu." Orang-orang di meja makan salah satu restoran kelas atas itu tertawa, kecuali Haruto—diam,menyesap anggurnya.
Nyonya Kim—istri sang Perdana Mentri kemudian memusatkan perhatiannya pada si cantik Alpha Kazuha,
"Aku dengar Kazuha sedang menyelesaikan tesisnya,bukan begitu dear?"
Kazuha tersenyum anggun, dengan sedikit tersipu menjawab."Ne, benar nyonya Kim."
"Aigoo, anak-anak yang sangat baik dan pintar. Jisoo-ssi kau sangat beruntung."
Lagi,dan lagi.Topik soal Yoshinori dan Kazuha yang paling diminati.
Suara-suara percakapan itu perlahan bercampur menjadi satu,berdenging di telinga Haruto. Haruto menunduk fokus pada makan malam di piringnya.Perlahan pegangannya pada pisau dan garpu di tangan mengerat,dan ketika puncak gelombang perasaan yang terbakar itu sampai pada limitnya—dering telpon memecah percakapan-percakapan tersebut.
Menarik Haruto kembali ke kesadaran. Itu ponselnya yang berdering dengan nama Mark Lee tertera di layar.
Satou menatap tajam putra bungsunya,penuh peringatan."Haruto,"
Tapi Haruto tak peduli,ia berdiri kemudian membungkuk sopan untuk mengangkat telponnya dan keluar dari forum.Terakhir yang ia dengar perdana menteri berucap tak masalah, namanya juga anak muda sembari terkekeh kecil.
Maka Haruto berdeham,sedikit mengeraskan suaranya."Ya,Mark.Ada apa?" dan berjalan keluar dari ruangan.
Setidaknya biarkan ia menghirup udara bebas sesaat, sebentar saja.
***
Junkyu ingin pulang.
Hari itu entah kenapa Papanya mengajak Junkyu makan malam dengan seorang kolega bisnis,bersama sang Mama juga tentunya—yah,tahu begini Junkyu di rumah menemani twins yang belajar untuk ujian semester.
![](https://img.wattpad.com/cover/342654057-288-k72631.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
• Manille • Harukyu
FanfictionManille;membelenggu Hanya sebuah kisah tentang Watanabe Haruto,putra klan Crescent,dengan ambisinya dan Kim Junkyu,sang mawar dari klan Aaralyn,dengan segala garis nasib yang membelenggunya.Tentang sang Alpha dan sang Omega,tentang cinta,takdir,rasa...