33. Shut Down

249 29 2
                                        


.

.

.

.

Watanabe Haruto, ya, Pria Alpha yang selamat dari kecelakaan truk tronton itu hela napasnya kasar. Memijat pelipisnya yang berdenyut, tentu saja gestur itu tak luput dari sang sekretaris—Mark Lee.

"Kau tidur saja sana,"

Ucap Mark tanpa mengalihkan pandangan dari berkas-berkas penting, Haruto menggeleng.

"Waktu kita tidak banyak, sebelum si gila itu semakin gila," balas Haruto yang membuat Mark mendengung kesal sendiri,

"Aih ayolah, aku akan pergi begitu kau tidur. Kau kira hanya kau yang butuh pelukan istri? Aku juga perlu pelukan Jaemin-ku," ujar Mark setengah berbisik, ia menatap Kim Junkyu yang begitu lelap diatas ranjang besar pasien. Kemudian ganti menatap Haruto yang masih dengan pakaian rumah sakit.

"Dasar gila kerja,"

"Sekretaris Lee,"

"Ne, tuan Watanabe."

Haruto tersenyum tipis, membalik lembar laporan "Dari semua laporan tentang aliran dana, aktivitas organisasi illegal, baku tembak di mansion Crescent sampai ke plat nomor truk yang menabrakku...semuanya menuju ke si Cho itu?"

Mark mengangguk, "Cho juga tertangkap sedang ada di pelabuhan dini hari tadi,"

Haruto tersenyum puas,"Kekuatan Ayah memang tak bisa diragukan lagi—ah,hyung. Aku ingin melihat berita-berita tentang kecelakaanku." Mark kemudian memberikan Haruto tabletnya, yang langsung tuan muda The Serenity itu baca. Watanabe Haruto masih kembangkan senyum liciknya, mengangguk puas—kemudian menatap sang sekretaris.

"Pastikan semua berjalan sesuai rencana, termasuk rencana kita yang melibatkan Lee Sejin, konferensi pers dan juga acara amal tahunan—"

Haruto menatap Junkyu yang terdengar sedang menggumamkan sesuatu di dalam tidurnya, lalu pria Watanabe itu berkata.

"—Lalu, pulanglah hyung, Kak Jaemin menunggumu,"

***

Satu yang Kim Junkyu sesali dari Haruto yang mulai pulih perlahan adalah—Pria Watanabe itu tidak bisa lepas dari laporan juga rapat-rapat yang entah kapan habisnya.

"Harusnya kuikat dia di tempat tidur," gumam Junkyu kesal,

"Siapa? Siapa yang mau kau ikat di tempat tidur?"

Junkyu terlonjak kaget, segera menoleh ke belakang dan temukan Haruto sedang mengunyah apel, begitu santai duduk di balik meja bar dapur. Mendengar pertanyaan yang lebih mirip godaan itu—Junkyu hanya mendengus.

"Kau, kau yang harusnya kuikat." Jawab Junkyu sewot, kemudian memilih menulikan telinganya dari tawa menyebalkan itu.

"Aw, menyeramkan sekali—dengan apa kau mengikatku? Dasi?"

Junkyu memutar matanya jengah, membawa mangkuk serealnya menuju ruang tengah. Percakapan ini yang paling Junkyu tak suka karena, yah—kalian bisa nilai sendiri. Haruto dengan setelan kemejanya mengikuti Junkyu di belakangnya seperti anak anjing.

"Kau belum menjawab pertanyaanku, Junkyu-yaa."

Tetapi Junkyu pura-pura tidak mendengar ocehan Watanabe Haruto, memilih menyalakan televisi sembari duduk bersila diatas karpet berbulu. Haruto duduk di sofa dengan kaki bersilang, memantau tab-nya sembari menggoda Junkyu sampai omega Aaralyn itu marah—jika memungkinkan.

"Junkyu, Junkyu-yaa—"

"Kau kembali ke rumah sakit sana, aih astaga kepalaku."

Terkekeh,"Kata Mark-hyung kau menangis memohon pada dokter untuk menyelamatkan 'suami'mu—aku penasaran siapa suamimu yang kau maksud itu—"

• Manille • HarukyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang