.
.
.
.
Satu dari sekian hari di musim gugur, terlewati satu langkah demi langkah lainnya. Udara mulai dingin di pucuk hidung, pakaian-pakaian hangat mulai diturunkan—bergelung dibalik selimut di pagi hari jadi opsi paling menyenangkan tentunya.
Dan menurut Junkyu juga.
Sang omega menggeliat perlahan, tampak terbangun dari bunga tidurnya. Matanya yang cantik itu terbuka perlahan, menyesuaikan cahaya yang masuk. Ah...sudah pagi rupanya, pikir Kim Junkyu. Ia berpindah bergelung ke kanan, menyamankan diri dalam pelukan besar yang temaninya semalaman.
"Sudah bangun,hmm?"
Suara serak itu menyapa rungunya, Junkyu mendongak—untuk melihat rupawan wajah Watanabe Haruto dalam balutan kantuk dan lelah, Junkyu hanya mengangguk, tangannya jahil menyentuh dagu Haruto yang terasa tajam dan geli. Entah sudah berapa abad suaminya itu tidak bercukur.
"Tajam-tajam...seperti landak." Gumamnya yang masih dapat didengar sang Alpha, Haruto terkekeh—berhasil membuka matanya lalu menatap Junkyu berbaring miring menghadapnya.
"Landak-landak?" beo Haruto, Junkyu mengangguk.
"Eung!"
Terkekeh kembali, Haruto membawa kembali sang omega dalam dekapannya. "Haruskah kita pelihara landak mini?" Junkyu mendorong dada telanjang Haruto, menatapnya sangsi.
"Aku tadi mengomentari dagumu tahu! Bukan minta landak."
Gemas, oleh karena itu Haruto menunduk—berusaha cium kembali Sang omega namun sayang sekali gerakannya kalah cepat dengan Junkyu yang telah duduk. Junkyu berjalan ke sisi lain kasur, memungut kaus kebesaran milik Haruto dan memakainya. Dengan setengah mengomel Junkyu mengambil satu persatu pakaian mereka semalam yang tanggal perlahan seiring bulan mulai naik menghiasi langit malam.
Haruto tersenyum, kemudian secepat kilat menarik si manis hingga ia terduduk di pangkuan Sang Alpha. Tangannya yang besar menyelipkan rambut Junkyu yang mulai panjang kebalik telinganya, dan Junkyu...ia sudah lupa kondisi wajahnya yang memerah malu.
"Baiklah, Nyonya Watanabe. Mau bersihkan dagu Tuan Watanabe ini?"
Dan Junkyu tidak bisa menolak lagi. Dalam beberapa sekon, Haruto berdiri membuat Junkyu refleks menjerit tertahan kemudian mengalungkan tangannya ke leher Haruto, kemudian dibawanya si manis dalam gendongan ke kamar mandi. Bagaikan dalam satu adegan melodrama, siluet mereka nampak intim dan mesra dengan tawa yang mengudara.
Didudukkannya Kim Junkyu di sisi wastafel, kaki-kaki jenjangnya menggantung bebas, dan Haruto berdiri diantaranya.
"Jja...sekarang kita cukur kumismu itu sebelum kau di panggil samchon oleh Sunoo dan Jungwon." Ujar Junkyu, ia menyemprotkan krim cukur di dagu, dibawah hidung hingga di sekitar garis jambang terlalu banyak. Ia mengoleskan sedikit ke pucuk hidung bangir Haruto dengan main-main, buat yang lebih tinggi tidak dapat menahan senyumnya.
Haruto tak dapat lepaskan pandangannya dari sang omega, melihat bagaimana lentik jari itu perlahan gunakan pisau cukur dengan telaten, alisnya yang berkerut kecil dan bibirnya yang terbuka sedikit tanda sangat fokus. Segala gerak tubuhnya—buat aliran darah sang Alpha berdesir aneh, dan lebih anehnya lagi adalah, ia menikmati segala friksi aneh itu.
"Kau terlalu serius," gumam Haruto yang tentu saja dapat didengar Junkyu, sang omega yang fokus pada dagunya menatap matanya sesaat lalu tersenyum kecil,
"Kau tidak punya wajah cadangan, Tuan Watanabe."
Dua pasang mata itu bertemu di udara, lalu keduanya tertawa pelan. Junkyu kembali fokus pada tugasnya, dan Haruto kembali pada perhatiannya juga—menatap lamat-lamat wajah ayu Junkyu. Begitu selesai, Junkyu menyeka dagu Haruto dengan handuk kecil hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
• Manille • Harukyu
FanfictionManille;membelenggu Hanya sebuah kisah tentang Watanabe Haruto,putra klan Crescent,dengan ambisinya dan Kim Junkyu,sang mawar dari klan Aaralyn,dengan segala garis nasib yang membelenggunya.Tentang sang Alpha dan sang Omega,tentang cinta,takdir,rasa...
