27. Champagne Party

231 30 3
                                        


.

.

.

.

Dari satu pesta ke pesta lainnya, begitulah bagaimana hidup Junkyu berlangsung beberapa bulan terakhir. Mendampingi Haruto di undangan-undangan kolega sebagai istrinya, kemudian menghadiri acara-acara besar sebagai menantu klan Crescent. Ia juga selalu menyempatkan diri untuk berkunjung ke bakery milik sang Mama, sekedar bercengkrama dengan pegawai-pegawai atau jika ia bosan—Junkyu kadang menjadi kasir. Menyenangkan.

Junkyu tidak menganggap bahwa menjadi bagian dari keluarga Crescent adalah hal yang memuakkan,tidak. Segala yang ia jalani penuh pengalaman-pengalaman baru, ia harus berterimakasih kepada sang Mama dan Papa, karena meskipun bukan berasal dari keluarga besar terhormat seperti Klan Crescent, tapi orangtuanya telah mengajarinya etiket seorang omega terhormat dengan cara Aaralyn. Junkyu kira ia juga harus berterimakasih pada Mummy Soo—omega yang tak lekang oleh waktu keanggunannya itu benar mendampinginya, melibatkan ia di setiap kegiatan klan Crescent. Hong Jisoo benar-benar menyayangi Junkyu.

"Mungkin karena Mummy Soo hanya memiliki anak-anak Alpha..."

Gumam Junkyu sembari menghela napas,"Apa yang kau pikirkan?"

Hingga suara baritone itu menyapa rungunya, Junkyu menoleh melihat Haruto sudah siap dengan setelan klasik hitam. Beberapa hari terakhir mereka menginap di Mansion Crescent sesuai permintaan Mummy Soo, karena di ballroom Mansion akan diadakan pesta kecil merayakan Watanabe Satou—ayah Haruto—yang menjadi anggota dewan di blue house Korea Selatan.

Pesta yang diadakan cukup privat untuk keluarga sekelas Crescent, Junkyu tidak terlalu tahu detail siapa saja yang datang ke pesta kecil ini. Selama beberapa hari di mansion, ia hanya mengikuti Mummy Soo dan Paman Jun—sekretaris pribadi tuan Watanabe Satou—menyiapkan pesta dari hal paling kecil.

"Aniyaa, hanya melamun seperti biasa."

Haruto tertawa, menyodorkan lengannya. "Mum sudah memanggil kita, ayo."

Junkyu memeluk lengan kekar Haruto, beranjak keluar dari kamar mereka dan turun karena acara hampir dimulai. Seperti biasa, Junkyu dan Haruto akan bertindak sebagaimana skenario satu sama lain—menjadi pasangan yang paling bahagia di dunia. Lagipula, sejak Cho Seungyoun berusaha mendekati Junkyu beberapa waktu lalu di pesta pengangkatan direktur utama—Haruto benar-benar menepati janjinya, ia tidak melepas Junkyu sendirian tanpa pengamanan.

Termasuk di pesta kali ini, Haruto tetap memastikan Junkyu ada disampingnya.

Junkyu memperhatikan para tamu undangan yang hadir, sebagian besar ia tidak mengenalnya karena mungkin kolega ayah mertuanya di blue house. Tapi ia cukup bisa menikmati pesta dengan santai, karena Haruto disampingnya membantunya berbaur dengan para tamu.

"Aku mau ambil kudapan sebentar,"

Ucap Junkyu pelan pada Haruto, pria Watanabe itu mengangguk—biarkan Junkyu lepas dari lengannya, menuju meja berisi kudapan-kudapan manis di dekat jendela ballroom. Haruto tidak begitu khawatir, karena di samping meja itu kakak perempuannya, Kazuha juga sedang menikmati kudapannya yang entah sudah keberapa.

Haruto memperhatikan dari jauh Junkyu dan Kazuha entah bicara apa sambil tertawa, yah—ia bersyukur setidaknya kakak perempuannya sangat menyayangi Junkyu, seperti bagaimana Ibu mereka, nyonya Hong Jisoo.

Akan tetapi semua tidak berjalan sempurna.

Tiba-tiba terdengar suara kaca pecah dari salah satu jendela besar ballroom, disusul suara tembakan pertama yang memekakkan dan jerit ketakutan.

"A-apa?—"semuanya seolah berjalan begitu lambat di mata Haruto, begitu suara-suara tembakan lain menyusul—telinganya berdenging, dadanya bertalu-talu cepat.

"SEMUANYA TIARAP!"

Teriak seseorang pada tamu undangan, tapi tidak untuk Haruto yang mematung. Ia tidak bisa menggerakkan satu bagian tubuhnya meskipun bergetar hebat—dan nafasnya mulai tersendat. Suasana semakin tegang ketika pengawal keluarga Crescent mengeluarkan senjata.

Junkyu menjerit memanggil nama Haruto, mengabaikan dirinya yang bergetar juga teriakan Kazuha melarangnya berlari menghampiri Haruto.

"HARUTO!"

Haruto kembali ke kesadarannya ketika sebuah peluru lolos merobek lengan atasnya disusul seseorang yang melompat merengkuhnya untuk tiarap. Itu Yoshi, si sulung Crescent.

"Jangan hanya berdiri, bodoh." Desis Yoshi,Haruto melihat sekeliling yang sudah tidak kondusif.

"Siapapun itu, mereka menggunakan Snipper." Gumam Yoshi, memang benar, tidak ada yang mengepung mansion Crescent secara terang-terangan. Tuan Watanabe Satou berteriak pada beberapa pengawal lain untuk membawa tamu undangan keluar lewat jalur darurat.

"Mereka menargetkan Ayah—" ucap Haruto, pasalnya ia bisa melihat darah menetes dari tangan Watanabe Satou. Siapa lagi yang akan melakukan ini jika bukan seseorang yang benar benci dengan keluarga Crescent?

Tak lama kemudian bantuan tim pengawal khusus datang, bersama dengan sirine polisi meraung-raung. Seluruh bagian mansion disisir oleh polisi, termasuk lingkungan disekitar mansion. Namun nihil, tidak ada jejak apapun dari snipper penyebab kekacauan kali ini.

Haruto menatap sekeliling yang kacau total, melihat sang ayah berbicara dengan komandan tim alpha pasukan khusus. Sama sekali tidak tertebak akan berakhir mengenaskan pesta yang telah dirancang sedemikian rupa. Manik matanya menangkap sosok Junkyu yang berjalan mendekatinya,

Wajah ayunya terlihat begitu cemas dan pucat,"Kau baik-baik saja?" tanyanya khawatir,

"Aku baik saja, mana mummy dan Kazuha?"

"Mereka ada di sayap kanan mansion, mummy sedikit shock tapi ada kak Kazuha disana, tenang saja."

Haruto menghela napas berat—syukurlah.

Junkyu mengambil sapu tangan di sakunya, melilit lengan atas Haruto yang terluka pelan.

"Kau kembali ke mummy dan Kazuha, masih ada yang harus kuselesaikan dengan ayah dan Yoshi hyung." Junkyu mengangguk, sedikit tidak rela akan tetapi melihat Haruto yang sempat tersenyum meyakinkannya—Junkyu tak bisa menolak.

"Hati-hati,"

Begitu melihat punggung Junkyu mulai menghilang, Haruto menyugar rambutnya.

Siapa si nekat yang mengacaukan acara penting sang Ayah?Haruto bergumam dalam hati, tanpa tahu itu semua hanyalah penabuh genderang, semua hanya permulaan.

• Manille • HarukyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang