AW-empat

15K 1.1K 8
                                    


...

Matahari telah menyembunyikan diri, mengistirahatkan dirinya pada dunia. Sinarnya terlihat semakin pudar saat matahari sudah tidak nampak lagi oleh mata. Sang rembulan pun menggantikan tugasnya dan bersinar untuk tetap menerangi dunia walaupun samar samar. Sang bintang pun tak ingin rembulan sendiri, dia menemani sang rembulan dengan memecah diri dan membentuk cahaya kecil yang berkilauan di atas langit menghiasi langit malam yang semakin indah.

Angin malam berhembus menerpa kulit, Asteria yang kini tengah berjongkok di depan toko itupun memeluk tubuhnya erat erat dengan tubuh bergetar karena dingin. Mulutnya terus menerus mengeluarkan umpatan sejak tadi sore hingga menjelang malam ini.

"Sialan, bangsat, asu, kampret," mulutnya terus berkomat Kamit dengan wajah yang seperti nahan berak.

Hari sudah malam dan kini Asteria masih saja berada di depan toko roti yang sebentar lagi pun akan tutup. Asteria duduk dan menekuk lututnya lalu memeluknya erat. Mencebikkan bibirnya kesal.

Tak dia sangka dirinya terdampar di dunia yang berbeda seperti ini. Kenapa dia sangat yakin kalau tempat yang dia pijaki adalah dunia yang berbeda dari dunia asalnya? Mudah saja! Yang paling masuk akal karena nama desa ini unik. Elior. Lalu, tadi dia sempat membaca papan pengumuman. Dan berhasil menemukan bahwa kerajaan ini bernama kerajaan Naviera. Dan semua kerajaan ini di pimpin oleh kekaisaran. Namun, entah namanya apa. Asteria tidak membacanya sampai sana karena terdesak desak. Dia sempat mencabut lembaran asal tanpa membacanya dan pergi dari sana.

Ah, Asteria baru ingat punya lembaran yang belum di baca karena terlalu shock dengan hal yang terjadi padanya.

Asteria mengeluarkan lipatan kertas lembaran itu dari sakunya dan membaca tulisan asing namun anehnya dia mengerti.

'Dicari, di bawah ini adalah potret orang yang dicari. Jika anda melihatnya mohon segera hubungi alamat di bawah potret ini'

'yang menemukannya akan diberi uang berjumlah 100.000 koin emas"

Asteria melongo. Bukan. Bukan sebab akan diberikan 100.000 koin emas. Namun, dia melongo karena melihat betapa cantiknya potret lukisan di lembaran itu. Seperti mahwa mahwa yang sering ia baca. Cantik. Sangat cantik.

Rambutnya berwarna ungu bergelombang, bulu mata yang lentik dengan manik yang sama dengan warna rambutnya. Hidung yang mancung juga kecil dengan pipi tirus yang menambah kesal kecantikannya. Tidak lupa struktur wajahnya yang mungil dengan dagu lancip. Bagaimana bisa ada manusia secantik ini di dunia nyata?!

Asteria terus menatap lukisan itu dengan tatapan kagum. Sangat sangat cantik! Asteria tidak bisa berhenti untuk terus berpikir cantik, cantik, dan cantik.

"Cantik banget anjir mah, ini kek mahwa mahwa yang gue baca," gumamnya terus menatap lukisan itu kagum.

Namun, setelah di perhatikan baik baik... tunggu dulu! Bukankah ini mirip visual pemeran utama novel yang dia baca sebelum memasuki dunia antah berantah ini?!

Asteria menyipitkan matanya sekali lagi untuk memastikan. Benar. Ini adalah versi manusianya dari visual novel yang ia baca. Sama. Sama persis. Kebetulan macam apa ini?

Asteria menggeleng geleng kan kepalanya mengusir pikiran yang tidak masuk akal, masa iya, dia, yang seorang Upik abu ini, memasuki dunia novel? Itu sama sekali mustahil, bukan? Secara dia berada di sini saja sudah sangat mustahil.

Tapi, tunggu.

Asteria yang tadinya sudah tenang lantas menatap lukisan itu kembali. Membaca Alamat yang tertera di lukisan itu. Entah. Asteria sama sekali tidak ingat alamat apa yang di taruh saat pemeran utama menghilang. Itu terjadi di chapter awal hingga dia banyak melewatkan seperti alamat atau nama tokoh awal begitu saja karena tidak di anggap penting.

Another World: Become the Maid of the obsessed male leadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang