AW-sebelas

11.7K 1.1K 14
                                    


Liyana sedang menatap sekitarnya dengan bingung. Entah mengapa, dirinya seakan akan baru bangun dari tidurnya dan mendapati tubuhnya berada di sebuah hutan lebat. Dan setelah dia ingat ingat lagi, rasanya aneh. Kepalanya mendadak pusing dan dia tidak bisa mengingat kejadian yang dia alami tadi.

"Sebenarnya aku kenapa bisa sampai hampir melewati batas antar kekaisaran Naviera dengan kekaisaran Utara yang terkenal akan kekuasaannya yang luas?" Gumam Liyana sambil berpikir keras.

Namun, nihil. Tidak ada ingatan apapun. Dia malah merasa semakin sakit. Seakan akan ingatannya telah di renggut paksa oleh sesuatu.

Liyana menggelengkan kepalanya pelan. Mencoba untuk tidak mempermasalahkannya. Dia menatap sebentar ke arah menuju kekaisaran Utara sebelum berbalik pergi ke arah pulang.

...

"disini, tanganku masih menempel banyak debu. Bersihkan!"

Mata Asteria berkedut menahan rasa kesalnya yang hampir mencapai puncak kekesalan. Namun, kali ini, dia harus bersabar karena jika tidak maka dia akan mendapatkan siksaan penindasan lebih kejam dari pada ini. Huh. Dia yakin sekali. Tuan barunya itu, pendendam.

Tadi, saat kejadian naas itu. Archer marah besar dan langsung menyuruh Asteria membersihkan wajahnya. Tak sampai itu saja, Asteria langsung di suruh ini itu. Membersihkan ruang kerja Archer yang tampak seperti kandang kuda, itu sungguh melelahkan apa lagi hanya di kerjakan oleh dirinya sendiri. Ini sih, melebihi pekerjaan pelayan pribadi.

"Kau ingin aku pecat hah?! Cepat dan jangan melamun!" Sentak Archer menatap pongah pada Asteria dari kursi kerjanya.

Asteria dengan langkah gontai menuju tempat dimana Archer sekarang duduk. Ayolah. Dia baru sampai dari perjalanan jauh dan langsung di suruh kerja. Tak masalah jika cepat. Tapi, pekerjaannya seakan berat. Belum lagi Dia tidak makan dari sore kemarin hingga saat ini. Asteria sepertinya mulai rindu masakan ibunya.

Asteria kini berdiri di depan Archer yang di halangi oleh sebuah meja yang menjadi pembatas begi keduanya.

"Apa lihat lihat? Terpesona? Yah, aku memang tampan tapi jujur saja aku tidak berminat dengan kau. Tipeku itu cantik dan mempunyai badan ideal. Bukan kau yang hanya seukuran kurcaci. Jelek lagi."

Asteria menggepalkan tangan miliknya geram. Sabar. Sabar. Dia hanya karakter fiksi julid.

Asteria memilih mengabaikannya lalu mulai membersihkan meja yang sebenarnya sudah ia bersihkan tadi. Dia memberikannya dengan tidak sabaran.

Archer memandangi Asteria dengan senyum puas di wajahnya. Dia bersedekah dada menatap gadis yang berani menentangnya kini sudah tunduk padanya.

Dia terus memandangi Asteria. Namun, keningnya menyengrit saat melihat wajah Asteria yang sedikit pucat. Matanya beralih pada tangannya yang sedikit bergetar.

"Cukup, buatkan aku teh dan camilan. Teh nya jangan terlalu manis namun aku tak menyukai tawar. Suhunya harus pas. Tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin. Gelasnya harus—"

"Baik, tuan." Asteria memotong perkataan Archer yang mungkin tak akan ada habisnya itu dengan memasang senyum paksaan di bibirnya yang sedikit pucat.

Archer menatap Asteria protes saat omongannya di potong begitu saja. Lancang sekali dia?! Archer ingin memarahinya, namun, terlambat karena Asteria sudah kabur duluan.

Archer menggebrak mejanya keras. Dia menatap sengit ke arah pintu.

"Berani sekali dia memotong perkataanku! Huh. Tidak ada yang seperti itu padaku sebelumnya." Gumam Archer sengit.

Another World: Become the Maid of the obsessed male leadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang