AW-Tiga Puluh Sembilan

2.7K 334 14
                                    

Asteria menatap bingung pada kedua tangannya yang nampak transparan. Dia lalu memegang pipinya sendiri dengan wajah panik saat melihat sekeliling yang gelap gulita dan dirinya yang berada di lorong kastil gelap.

Asteria memeluk dirinya sendiri karena merasa merinding dengan hawa yang tidak biasa. Dia menyipitkan matanya saat melihat sedikit cahaya yang ada di ujung lorong. Dia dengan langkah ragu mulai menghampiri cahaya itu dengan hati-hati.

Beberapa saat setelah mengikuti cahaya bulat itu, Asteria di hadapi dengan pintu besar yang tertutup. Cahaya itu kemudian menghilang begitu saja di balik pintu besar itu sehingga dengan reflek cerobohnya, Asteria mencoba menggapai cahaya itu. Dia sudah bersiap untuk menabrak pintu besar itu. Tapi, nyatanya, dia tidak merasakan sakit. Dia baik-baik saja.

Asteria perlahan menatap ruangan yang baru. Dia nampak shock dengan apa yang terjadi.

"Apa ini? Kenapa aku menembus pintu besar tadi dan berada di ruangan ini?!"

Asteria berbalik dan menatap horor pintu besar yang kini berada di depannya lagi. Dia dengan wajah seriusnya mulai mengulurkan tangan untuk mencoba apakah dia benar benar bisa menembus pintu itu. Dan, percobaannya berhasil! Tangannya menembus pintu itu tanpa kesusahan. Seolah dirinya seperti hantu saja. Tunggu, hantu? Sial, apakah dia sudah mati?!

Saat ingin panik, Asteria dikejutkan dengan suara erangan panjang di susul dengan tangisan bayi yang terdengar di ruangan ini. Asteria sontak berbalik dan menatap ke arah ranjang dimana terlihat jelas seorang pria yang sedang menggenggam tangan sang wanita yang terengah-engah kelelahan. Satu wanita lagi sedang menggendong bayi yang baru lahir itu dengan senyum hangat.

"Sayang, bertahanlah. Lihat, putri kita sangat cantik, bukan?" Bisik sang pria dengan campuran kebahagiaan melihat putrinya lahir dengan selamat dan juga cemas saat melihat sang istri yang menunjukkan raut wajah kesakitan.

Asteria menatap lamat-lamat si pria yang sangat mirip dengan pria paruh baya yang mengaku sebagai ayahnya. Tidak mungkin itu sungguhan dan bayi di gendongan itu adalah dirinya, kan?

Kembali ke pasangan suami istri itu. Sang suami melepaskan genggamannya pada sang istri dan mengambil alih gendongan anaknya padanya. Dia menatap lembut wajah bayi yang sudah tertidur tenang itu. Dia mencium kening sang bayi dengan rasa kasih sayang besar.

"Lihatlah, sayang. Lihat anak kita— sayang?!" Sang pria menatap terkejut dan panik saat melihat sang istri yang dadanya nampak sesak dan tidak berdaya.

"Kau, cepat periksa istriku!" Perintahnya pada sang tabib wanita yang membatu persalinan sang istri.

Asteria menatap dengan curiga saat tabib wanita itu tidak melakukan apapun. Dia malah merogoh kantung di balik gaunnya. Hal itu tentu saja membuat sang suami curiga. Dia dengan segera menaruh buah hatinya berada di samping sang istri yang tengah kesakitan itu dan dengan cepat menotongkan senjatanya ke arah tabib itu.

Namun, sayang sekali. Belum sempat sang suami memenggal kepala tabib mencurigakan itu, tabib wanita telah menghamburkan serbuk semacam serbuk tidur yang membuat keluarga kecil itu tertidur. Pedang yang berada di genggaman sang suami jatuh begitu saja di lantai bersama dia yang tergeletak tak sadarkan diri di lantai. Begitu pula sang istri yang bukan hanya tertidur, tapi juga jiwanya telah meninggalkan dunianya.

Asteria reflek menjerit kaget saat melihat insiden itu dengan mata kepalanya sendiri. Dia kemudian berlari menuju ke arah tabib wanita jadi-jadian itu yang hendak mengambil bayi baru lahir itu.

Saat ingin mendorong wanita itu, Asteria malah menembus badan si wanita membuat Asteria terhuyung ke depan. Sial. Asteria rasa tubuhnya kini hanya seperti arwah. Dia tidak bisa memegang benda apapun bahkan makhluk hidup sekalipun.

Another World: Become the Maid of the obsessed male leadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang