AW-Dua Puluh Sembilan

6.3K 725 17
                                    

"Ria, bolehkan aku—

Buk

"Cantik banget pemandangannya gile!!!" Celetuk Asteria sesaat setelah mendorong Archer menjauh.

Matanya menatap lingkungan sekitarnya yang di penuhi oleh hamparan pasir putih dan lautan. Udara sejuk membuat Asteria semakin kagum dengan tempat yang di rekomendasikan oleh Archer.

Archer mendengus saat di dorong begitu saja. Lagi lagi gagal. Astaga, sebenarnya harus sampai kapan dia menunggu Asteria membalas cintanya? Apa dia langsung nikahi secara paksa saja? Archer sudah tidak kuat. Sungguh.

Bola mata yang sangat mirip dengan lautan samudera itu menatap sosok gadis yang sedang menikmati hembusan angin sejuk dengan mengangkat kedua tangannya ke udara dengan mata terpejam. Archer terus memandanginya. Bagaimana cara dirinya terpejam, bagaimana senyum manisnya itu menular padanya. Archer tidak tahu pasti apa yang membuatnya seperti ini.

Tapi, Archer tau pasti, objek yang membuatnya begini adalah gadis mungil itu. Entah apa yang dilakukannya sehingga seorang Archer yang begitu anti terhadap gadis. baik itu dari putri bangsawan lain ataupun yang lain, kini malah sedang tergila-gila secara sepihak. Penyebab utamanya adalah gadis mungil itu.

"Tuan, anda tahu tempat ini dari mana??" Tanya Asteria sambil membuka pelan kelopak matanya yang semula tertutup itu kini terbuka.

Iris mata Rubby nya bertubrukan dengan iris mata biru yang bak lautan dalam.

"Ibundaku menyukai tempat ini." Ucap Archer dengan menatap ombak yang membentur karang dengan tatapan sendu.

"Yangmulia Permaisuri menyukai tempat ini?" Asteria bertanya dengan menatap Archer teduh.

Dia tau. Di cerita novel, Archer kehilangan sang ibundanya ketika masih berusia 8 tahun. Kematian sang ibu pun bisa di bilang tragis. Ibunya, nekat memilih mati mengiris lehernya karena depresi. Kenapa bisa depresi? Hah, Asteria tidak bisa berkata kata saat mengetahui penyebab permaisuri depresi ialah karena Kaisar itu sendiri. Tidak di jelaskan dengan jelas memang.

Tapi, di buku novel nya tertulis bahwa sang kaisar sama saja dengan putranya, terobsesi dengan wanita yang di cintainya. Tapi, kaisar lebih parah. Dia tidak membiarkan permaisuri keluar dari kamar tanpa dirinya. Kamar nya selalu terkunci dengan permaisuri di dalamnya. Sendirian. Archer pun sangat jarang bertatap muka dengan ibunya.

"...kuharap ibunda melihatku." Gumam Archer dengan mata yang menatap lurus ke lautan.

Asteria menatap Archer sedih, dia berlari kecil menghampiri Archer. Berdiri di depannya, "tuan, yangmulia mendiang permaisuri pasti melihat tuan setiap hari dari atas sana." Tunjuk Asteria ke arah langit cerah.

" Jadi, jangan bersedih ya?"

"Mana mungkin ibunda mau melihatku? Dia membenciku, Ria..."lirih Archer menatap Asteria dengan tatapan kosong.

Asteria menggeleng keras. Dia berjinjit dan menangkup wajah Archer dengan kedua telapak tangannya, menatapnya dengan tatapan teduh.

"Yangmulia mendiang Permaisuri tidak mungkin membenci anda, Tuan. Beliau sangat mencintai anda. Oleh sebab itu anda lahir." Ucap Asteria dengan mengelus rahang Archer lembut. Memberi ketenangan.

Archer sedikit terkejut saat manusia mungil itu berjinjit dan menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangan mungilnya. Archer sedikit terhibur. Dan lagi, kini dia memejamkan matanya nyaman karena belaian Asteria yang sangat menenangkannya.

"Aku lahir karena kesalahan, Ria.. aku lahir karena kesalahan... Harusnya aku tidak lahir. Maka dengan begitu ibunda tidak terikat dengan Ayahku..." Ucap Archer dengan senyum kosongnya.

Another World: Become the Maid of the obsessed male leadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang