"Bagaimana? Kau nyaman, kan?"
Asteria hanya diam menatap seluruh ruangan yang mungkin akan menjadi kamar miliknya untuk sementara. Ranjang tua yang hanya seukuran satu orang saja, lemari tua namun masih kokoh dan... sudah. Hanya itu yang terisi di kamarnya. Ah, nakas kecil di sisi ranjang untuk menaruh lilin dan benda benda lain.
Saat tadi Liyana menawarkan diri untuk memberikannya tempat tinggal juga pekerjaan, Asteria langsung saja mengangguk setuju dengan cepat. Hei, siapa pula yang mau terus jadi gelandangan? Dan... hadiah uang itu kan bisa di cari, namun keselamatannya selama berada di dunia novel ini tidak bisa sembarangan memilih.
Andaikata dia melaporkan bahwa Liyana berada di toko roti sederhana di pinggir jalan dan menyamar sebagai gadis yang gemuk dan mendapatkan hadiah uang itu, tapi tidak menjamin keselamatannya di novel ini akibat dirinyalah yang melaporkannya alih alih sang pemeran utama pria.
Asteria tidak ingin terjadinya kerusakan Alur dan takut jika dia akan di beri teguran karena melanggar aturan novel seperti novel novel maupun drama yang ia baca dan tonton. Asteria tidak ingin terlalu banyak mengambil resiko.
Liyana menatap Asteria dengan tatapan bingung, apakah ada yang salah? Atau gadis di depannya ini tidak menyukai kamarnya?
"Hei, ada apa? Apa kau tak menyukainya?" Tanya Liyana dengan cemas. Takut jika nanti Asteria berubah pikiran dan akan berbalik melaporkan penyamarannya ke keluarganya.
Asteria menatap Liyana. Dia masih menggunakan penyamarannya. Namun, aneh sekali, wajahnya tetap menunjukkan karakter utama. Sungguh kuasa penulis.
"Suka, kok." Celetuk Asteria tersenyum lebar menatap Liyana.
Liyana turut terluar senyumnya dan merasa lega karena gadis itu menyukai kamarnya dan tidak berbalik untuk melaporkan penyamarannya.
"Ah, ngomong ngomong, siapa namamu?" Tanya Liyana setelah di pikir pikir hanya gadis itu yang tahu namanya, sedangkan dirinya tidak mengenal gadis di depannya.
Mata Asteria berbinar senang kala namanya di tanyakan oleh idolanya, dengan senang dia menjawab, "Asteria! Namaku Asteria!"
Liyana mengangguk sambil tersenyum canggung. kenapa Asteria ini selalu menatapnya dengan mata berbinar binar itu?
Asteria berkedip dengan wajah tanpa dosanya saat Liyana yang menatapnya aneh.
Liyana menggelengkan kepalanya pelan, dia menatap Asteria dengan senyum simpul, "jika kau sudah nyaman, maka istirahatlah, jika kamu ingin membersihkan diri kamu bisa ke ruangan yang ada di pojok sana," tunjuknya pada sebuah pintu kayu tua.
Asteria memangut mangutkan kepalanya dengan wajah yang terus ceria menatap Liyana tak ada bosan bosannya.
Liyana yang terus menerus di tatap menjadi gugup sendiri, "ekhm, dan kau bisa memakai pakaian yang ada di lemari itu. Jika ada yang ingin kau tanyakan cari saja aku. Kalau begitu aku ke dapur dulu, selamat beristirahat," ucap Liyana Cepat lalu berbalik dan langsung ngibrit ke dapur karena tak tahan akan tatapan berbinar milik Asteria yang sangat mengganggu.
Sedangkan Asteria yang di tinggal begitu saja tidak kecewa maupun kesal, dia malah melebarkan senyumnya lalu langsung merebahkan diri di kasur yang ternyata wangi. Dia tidak kaget karena si pemeran utama wanita itu sangat menjaga kebersihan.
Asteria menatap langit langit kamar dengan keadaan terlentang. Satu tangannya terangkat ke atas, membentuk pola abstrak.
"Hidup penuh kejutan, ya?" Gumamnya dengan pelan.
Asteria tengah berperang dengan pikirannya. Banyak sekali hal yang terjadi hari ini. Dari mulai memasuki dunia antah berantah yang dia hanya mengira jika sebelumnya hanya mimpi, namun ternyata salah. Dia tidak bermimpi dan ini benar benar nyata. Sangat nyata. Saking nyatanya Asteria masih setengah tak percaya jika dia memasuki dunia lain yang ternyata dunia novel.
Asteria menutup matanya dengan lengan yang di tekuk dan di bawa ke bawah kepalanya untuk di jadikan bantal.
"Asu Cok, gue kaga bisa mikir, anying. Udah nyobain jadi orang kalem biar pikiran bener eh malah tambah ruet!" Umpatnya bangkit dari tidurnya, misuh misuh sendiri memukul bantal tak bersalah.
Asteria tak habis pikir, kenapa dirinya malah masuk ke dunia novel ini? Bukankah dia masih hidup? Dia tidak mati! Terakhir kali dia hanya ingin makan mie di kamar lalu buamnn! Dia tiba tiba berada di dunia antah berantah ini. Tanpa membawa apapun selain semangkuk mie, dan segelas air.
Asteria mengacak acak rambutnya frustasi. Tidak terima dengan dirinya yang belum bisa mandiri juga bukan strong woman yang menerima ini dengan lapang dada. Dia hanyalah dia. Gadis biasa yang berusia 16 tahun yang hanya tahu menonton Drakor, manhwa, dan novel. Dia mana tahu harus berbuat apa ketika tiba tiba mengalami keajaiban yang menyebalkan seperti ini!
"Oke, tenang cuy tenang. Pikirin lagi, pikirin," gumamnya menenangkan diri sambil mengelus dadanya sabar.
"Ga bisa anying, jarang ada kasus kaya gue yang masuk seutuhnya di dunia novel! Kebanyakan tuh yang masuk sama tubuhnya ya anak dari orang berpengaruh sebenernya, tapi nyasar ke dunia lain terus dia di jemput lagi tapi ingatannya ilang. Masa gue kaya gitu? Gila aja lol, kaga mungkin!"
Asteria terus menerus berteori kenapa dia bisa berada di dunia yang sekarang dia tempati. Namun, tidak ada teori yang masuk akal di otak Asteria.
Dia misuh misuh sendiri dengan memukuli bantal kasar untuk melampiaskan rasa kekesalannya.
...
Matahari mulai menunjukkan diri kala sang rembulan dan bintang sudah lelah untuk terus bersinar di gelapnya malam. Matahari pun seolah tersenyum dan berterimakasih kepala sang rembulan dan bintang yang telah menggantikan dirinya saat dimalam hari sehingga sinarnya sangat cerah. Menyinari seluruh dunia dengan sinar hangatnya.
Asteria mengucek matanya pelan, tubuhnya berguling guling sampai...
Bruk!
"Awwshh," ringisnya ketika tubuhnya terjatuh dari atas ranjang.
Dia mengelus elus punggungnya yang terbentur dengan lantai itu dengan ringisan dan matanya yang masih tertutup.
"Siapa yang taruh lantai di sini!" Ucapnya melantur, dia memukul mukul lantai berlapis kayu itu dengan kesal.
"Kenapa kau ada di sini, lantai?! Kembali ke tempatmu! Ini, tempatku! Kau tak boleh di sini!" Cerocos Asteria dengan menunjuk nunjuk lantai itu.
Dia tiba tiba saja bangkit dan berjalan menuju pintu kamar, dia membukanya dan mencium bau yang enak. Dia segera mengikuti bau itu dengan perut yang sudah sangat keroncongan.
Dia terus berjalan menuju sebuah dapur dan di sana juga di mix dengan meja makan. Mata Asteria berbinar senang saat matanya menatap makanan yang tersaji di depan mata itu sungguh sederhana. Hanya roti dan sup. Namun, bagi Asteria yang sudah tidak makan selama sehari kecuali memakan mie, dia langsung saja mendudukkan diri di kursi meja makan dan menatap Liyana yang tengah berberes beres dengan tatapan puppy eyes nya.
Liyana memutar bola matanya malas, mimpi apa sampai dia memungut bocah gelandangan ini.
"Makan saja, itu untukmu," ucap Liyana pada akhirnya, membuat Asteria yang mendengarnya langsung menyantap makanan miliknya tanpa malu malu.
"Ah, ya. Nanti kau ikut aku ke kastil Grand Duke Utara, kita coba untuk memasukkanmu ke sana benerja sebagai pelayan," ajaknya dengan tangan sibuk mengelap debu debu uang menempel di perabotan.
Asteria hanya mangut mangut saja, mulutnya masih sibuk mengunyah makanan yang menurutnya sangat lezat. tak tahu jika mungkin hidupnya akan sedikit berubah setelah ini. Atau, mungkin banyak? Entahlah.
...
Halo! Mohon support nya!(◠‿・)—☆
KAMU SEDANG MEMBACA
Another World: Become the Maid of the obsessed male lead
RomanceBagaimana perasaan kalian ketika sedang enak enaknya ingin memakan mie di kamar malah kamarnya berubah jadi portal yang menghantarkan diri kalian ke dunia novel? Bukan hanya jiwanya saja yang berpindah, tubuhnya pun juga iya! Bagaimana kelangsunga...