...Gila.
Sangat gila.
Siapapun tolong! Tolong bawa Asteria kabur dari pria di depannya ini! Dia belum siap mati!
Sungguh. Belati itu rasanya sudah sangat dekat. Tepat. Tepat di depan mata kanannya. Menyeramkan sangat menyeramkan. Rasa rasanya, jika dia berkedip sekali saja maka tamatlah riwawatnya. Dia tak akan bisa melihat dunia lagi. Oh tidak! Tidak Sudi! Ayolah, Asteria! Kau bukan orang lemah! Kau akan diam saja saat pria itu kan mencongkel matamu?!
Berpikir, Asteria! Berpikirlah!
Mata Asteria berputar, memikirkan cara untuk lepas dari pria ini. Dia menatap mata Semerah darah itu dengan berani, pria itu balas menatapnya dengan seringai keji.
"Cantiknya... mata indah itu sungguh cantik. Aku harus memilikinya, bukan?" Gumam orang itu tersenyum bak setan yang sudah menemukan mangsanya.
Asteria yang diam diam mengais tanah, dan melemparkannya tepat di mata pria itu hingga dengan spontan pria itu menutupi matanya dan berteriak kesakitan.
Asteria mengambil celah untuk kabur. Dia berlari dengan cepat. Namun, sayang. Pria itu juga mengejarnya dikala masih berusaha menyingkirkan debu yang ada di matanya. Bukannya kesakitan, erangannya kini diganti dengan tawa yang menggelegar. Asteria di buat gemetaran namun terus berlari, dia harus menyingkir namun jangan sampai menuju tempat peristirahatannya. Dia tak boleh membahayakan Liyana. Cukup dia sudah banyak merepotkannya. Dia tidak mau Liyana terbebani.
Asteria terus berlari. Otaknya seakan ingin membantunya, dia mendapatkan ide diluar nalar. Dia cepat cepat menghampiri sebuah pohon yang dirasa tinggi, lalu dengan keahliannya yang sangat cepat memanjat pohon, dia tidak terlihat oleh pria merah yang matanya pun masih di huni banyak debu tanah.
Asteria menduduki dahan yang paling dirasa tinggi dan juga masih kokoh. Dia memeluk erat batang pohon dengan mulut berkomat Kamit namun tidak bersuara. Nafasnya terengah engah dengan mata terpejam.
Sungguh. Ini baru baginya. Pengalaman yang sangat baru dan menyeramkan. Asteria tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika pria itu mencongkel bola matanya. Hih. Membayangkannya saja membuatnya menutupi matanya seakan melindungi dari belati pria itu.
Dia tidak berani melihat kebawah. Suara tawa pria itu semakin kencang dan menakutkan. Asteria memejamkan matanya erat erat, berharap pria itu mati di makan anjing.
Entah beberapa menit telah berlalu, tawa pria itu baru reda setelah sekian lamanya Asteria menduduki dahan pohon itu. Asteria akhirnya memberanikan diri untuk melihat ke bawah, lalu bernafas lega kala tidak ada tanda tanda pria itu di bawah, saat melihat ke depan, dia di buat kaget kala pria itu malah berada di dahan yang satunya dengan senyum lebar dan mata yang berbinar.
"OMO KAMCHAGIYA! ANJING!" jantung Asteria rasanya mau copot. Dia reflek menggeplak wajah pria yang dipenuhi darah itu dengan keras.
Sungguh. Apakah orang di depannya bukan orang, melainkan setan?!
Sedangkan pria itu malah tersenyum dengan lebar sehingga deretan giginya terlihat. Senyumnya manis namun menyeramkan.
"Halo, nona bermata cantik!" Dia mengayunkan tangannya menyapa dengan senyuman lebar yang tampak manis namun menyeramkan dengan seluruh tubuhnya yang dilumuri darah.
Tubuh Asteria membeku. Pria di depannya ini sangat menyeramkan. Namun, kemarahannya mengalahkan ketakutannya, dia menatap pria di depannya tajam, lalu menjewer telinga pria di depannya dengan tarikan kencang. Padahal keduanya bisa saja jatuh dari ketinggian yang lumayan, namun, Asteria sudah kepalang kesal dan tidak berpikir panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another World: Become the Maid of the obsessed male lead
RomansaBagaimana perasaan kalian ketika sedang enak enaknya ingin memakan mie di kamar malah kamarnya berubah jadi portal yang menghantarkan diri kalian ke dunia novel? Bukan hanya jiwanya saja yang berpindah, tubuhnya pun juga iya! Bagaimana kelangsunga...