AW-Dua Puluh Dua

9.8K 1K 44
                                    

Seorang pria bermata hijau memasuki sebuah rumah kumuh di tengah hutan dengan  jubah hitamnya yang tampak lusuh menutupi badan dan tudung dari jubah itu menutupi separuh wajahnya. Jalannya sedikit pincang dengan mulut yang tampak mengeluarkan darah.

Semerbak bau ramuan yang berbagai macam tercium begitu saja saat pria itu memasuki ruangan yang tampak kumuh. Pria itu tak bereaksi berarti. Dia tetap melangkah memasuki ruangan itu dengan langkah cepat. Tangannya segera menyambar sejenis botol ramuan yang berwarna merah pekat. Hampir seperti darah. Tak segan segan, pria itu meminum ramuan itu dengan sekali teguk. Tandas tak tersisa.

Setelahnya, badan pria itu yang semulanya sakit sakitan berangsur angsur membaik. Dia menyeka ujung bibirnya yang terdapat tetesan darah dari mulutnya yang tersisa, tatapan mata pria itu menatap cermin yang pecah itu dengan diam.

"Sial, dia sudah di luar kendaliku!" Desisnya saat merasakan kekuatan sihirnya tak bisa lagi mendeteksi dan mengontrol seseorang yang dia targetkan sejak lama.

"...aku tak mempunyai banyak waktu. Tidak bisa begini, cepat atau lambat, mereka akan kembali dan itu akan membuat usahaku sia sia." Gumam pria bermata hijau itu sembari menggepalkan kedua tangannya.

Otaknya seakan pecah memikirkan bagaimana mengatasi masalah yang semakin rumit dan kacau. Dia tidak ingin kejadian kelam terulang kembali.

OooOooO

"Aku memang sudah menduga hal itu, Vernon." Ucap Archer sambil menyeringai senang. Dia meletakkan bola sihirnya dengan hati hati di atas kain lembut agar tidak menggelinding.

Archer lalu berjalan mendekat ke arah Vernon, senyumnya mengembang menjadi seringaian lebar, "gadis itu, entah kenapa, dia berbeda
Entah itu dari gadis biasa ataupun bangsawan. Dia berbeda dari semua jenis gadis. Namun, aku berpikir jika dia memang bangsawan. Mungkin, bangsawan kecil? Aku tak masalah. Yang terpenting, itu sangat bagus, Veron!"

Vernon menatap tuannya tidak mengerti, kenapa tuannya itu tampak bahagia sekali mengetahui bahwa nona Asteria ialah seorang bangsawan? Bukankah selama ini, tuannya selalu membenci para gadis bangsawan?

"Dengan ini, akan kutemukan orang tuanya, akan kuperas mereka sampai mereka tak mempunyai pilihan lain selain menikahi anak gadis mereka padaku.... Hahaha! Brilian!"Archer kegirangan sendiri dengan pikiran pendeknya. Tawanya kencang dan itu membuat Vernon menggelengkan kepala prihatin.

Gila. Tuannya ini gila atau bodoh?! Bisa bisanya menggunakan cara lama yang kuno seperti itu padahal ada cara yang lebih simpel. Vernon harus menggagalkan rencana pendek tuannya itu agar dia tidak menyesal di kemudian hari. Lagipula, dia hanya mendapatkan informasi yang amat sedikit tentang nona Asteria. Di laporannya hanya tertulis bahwa ada seorang anak bangsawan barat bernama Asteria. Ciri cirinya pun mirip dengan nona Asteria. Tapi, yang menjadi misteri, gelar dan nama bangsawannya belum diketahui.

"Tuan, saya rasa anda tidak bisa melakukan hal kuno itu." Vernon kembali bersuara, mengemukakan pendapatnya atau lebih tepatnya bujukan.

"Anda tahu sendiri, bahwa nona Asteria dari awal memang ingin bekerja sebagai pelayan, bukan? Saya menyimpulkan, bisa saja, keluarga bangsawan itu telah gugur. Dan nona hanya menyandang gelar tanpa kuasa. Dia hanya melanjutkan hidup sebagai mantan nona bangsawan, dan memutuskan hidup sebagai gadis biasa, tuan. Jadi, cara tuan itu jelas tidak berjalan lancar." Jelas Vernon dengan cepat saat melihat tatapan tajam Archer yang seperti laser ketika mendengarnya menentang pendapatnya.

Archer yang semula ingin mengomeli Vernon mendadak berpikir saat mendengar penjelasan masuk akal.

"Jadi, maksudmu, orang tua Asteria sudah tiada?" Tanya Archer menatap Vernon menyelidik.

Another World: Become the Maid of the obsessed male leadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang