...
Kicauan para burung yang hinggap di dahan pohon itu saling bersahutan, teriknya sinar matahari dan ada beberapa hewan serangga yang menampilkan diri untuk bernyanyi bersama burung burung, juga hembusan angin yang membuat suasana yang sejuk sekaligus hangat.
Di sebuah rumah minimalis, dapat kita lihat seorang gadis yang tengah berada di kamarnya, sedang asik dengan dunianya sendiri.
"Avvv, cu banget cii," Asteria berjingkrak senang saat melihat dialog novel yang membuatnya baper.
Matanya menatap novel itu dengan pandangan berbinar binar, posisinya tengkurap dengan kedua kaki yang di gerak gerakkan brutal jika ada dialog yang membuatnya baper.
"Eh? Kok gini?" Bola matanya melebar terkejut kala ada dialog yang membuatnya kaget.
"Wah, anying kok gini? Asu, Liyana nya kok koid anying?!" Asteria membanting bukunya dengan kencang, matanya menatap novel milihnya horor.
Asteria menunjuk nunjuk novel miliknya dengan wajah marahnya, "Liyana si pemeran utama kenapa malah mati anjing?! Asu bener Cok! Ini yang bener dong kalo bikin novel babik," cerocosnya tak henti hentinya mengumpati novel miliknya yang alurnya tidak sesuai dengan ekspektasi.
"Ah, ogah lah ogah, males gue baca lagi, males!" Asteria menendang nendang novel itu dengan kesal. Tidak terima pada plot yang menuju ending itu malah tidak sesuai ekspektasinya.
Asteria menghentak hentakkan kakinya kesal, "dasar penulis maunya duit doang! Bikin cerita ga becus! Tolol bener! Rasanya pengen masuk terus ngomong sama male lead nya, 'itu yang elo bunuh tuh calon bini elo, goblok!'" Asteria terus misuh misuh sendiri dengan menghentak hentakkan kaki tidak terima.
"Arghh au ah laper!" Teriaknya kencang, lalu dengan perasaan dongkol keluar dari kamarnya dengan menutup pintu kencang.
Entah ini nyata atau bukan, saat beberapa menit yang lewat ketika Asteria meninggalkan kamarnya, buku yang tergeletak mengenaskan itu menutup sendiri dan bergoyang goyang dengan sendirinya.
Buku itu entah ilusi atau bukan kini melayang kesana kemari dengan cahaya yang semakin lama semakin terang, buku itu membuat lingkaran seperti lubang besar dan bercahaya.
...
"Mamaaa, Aster laperr," rengeknya dengan mencari cari sang ibunda berada.
Asteria menghampiri kamar ibunya, kosong. Berjalan lagi ke arah dapur, kosong. Dia menghentakkan kakinya karena merasa kesal saat tidak menemukan ibunya dimanapun.
"MAMAAA!!" Teriaknya kencang, berharap ibunya mendengarnya.
Namun, beberapa menit berlalu pun hanya menyisakan suara hening. Asteria melirik lirik sekitar, sebelum sebuah senyum terbit di bibirnya. Dia mengangkat tangannya ke atas dan meloncat senang.
"Yeay! Mama ga ada! Gue bisa makan mie!" Asteria berjingkrak senang lalu dengan bahagia melangkahkan kakinya ke dapur.
Asteria membuka lemari rak dan seketika matanya berbinar saat mendapati sebuah mie favoritnya. Dia langsung saja mengambilnya, dan dengan cepat membuatnya karena tidak ingin jika belum di buat namanya sudah pulang dan alhasil dia tidak jadi makan mie.
Asteria memang tidak di perbolehkan makan mie terus menerus, dia menderita magh yang ketika makan mie terus terusan akan berdampak buruk bagi kesehatannya. Namun, yang namanya Asteria itu ya orangnya bandel. Lihat saja sekarang.
Beberapa menit setelahnya, Asteria telah selesai membuat mie nya sendiri. Dengan tambahan cabe rawit membuat aromanya makin sedap.
Dengan wajah berseri seri, Asteria mengambil mie nya dan berencana untuk membawa mie nya ke kamarnya. Mengambil segelas susu yang sudah dia buat, Asteria kini berjalan menuju kamarnya sambil bersenandung ria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another World: Become the Maid of the obsessed male lead
RomansaBagaimana perasaan kalian ketika sedang enak enaknya ingin memakan mie di kamar malah kamarnya berubah jadi portal yang menghantarkan diri kalian ke dunia novel? Bukan hanya jiwanya saja yang berpindah, tubuhnya pun juga iya! Bagaimana kelangsunga...