AW-Empat Puluh Empat

3.2K 358 8
                                    

"argh!!! Sialan!!"

Penelope membanting semua barang yang ada di depannya dengan membabi buta. Nafasnya memburu dengan emosi yang meletup-letup saat ini.

Dia berjalan menuju cermin dan tampaklah wajah cantiknya yang kini telah menjadi buruk rupa. Kedua tangannya terangkat dan mencengkram pinggiran cermin dengan mata hitam mengerikannya yang seakan ingin keluar dari sana sekarang juga.

"Kenapa setelah rencanaku hampir tertata sempurna, kau malah mengambil sihirku?!! THRISTHA SIALAANNN!!! ARRGGHHH!!!!!"

Prang

Dalam sekejap mata, kaca yang berada di depan Penelope pecah menjadi berkeping keping akibat sang pelaku membenturkan kepalanya ke arah kaca dengan keras.

Wajah Penelope kini bertambah parah akibat serpihan kaca yang mengenai wajahnya dan juga darah yang bercucuran lumayan banyak di pelipisnya.

Namun, Penelope tidak peduli. Wajahnya memang sudah buruk sejak kejadian dahulu. Yang ia pikirkan kini hanyalah membuat sihirnya berfungsi kembali.

"Harusnya kubunuh saja anak sialan itu!"

Dia merasa tidak adil. Sungguh. Padahal dia rela untuk mengorbankan potongan tubuh lainnya atau yang dia anggap sebagai anak itu untuk pertumbalan agar sihirnya semakin kuat. Dia bahkan menjerumuskan diri pada sihir hitam demi melepaskan belenggu sihir yang di pasang oleh Thristha dahulu.

Namun, sekeras apapun usahanya untuk memanipulasi keadaan. Seperti yang kemarin ia lakukan pada Leonard, dia tetap memuntahkan darah. Dan dengan dia memuntahkan darah terus menerus setiap kali berbohong, maka sihirnya akan semakin surut.

Penelope tidak kehabisan ide. Dia terus menambah sihirnya menggunakan metode terlarang. Tapi, apakah Penelope peduli? Yang terpenting adalah dirinya masih kuat dan masih sangat kuat dan pantas untuk hidup abadi.

Tapi, betapa sialnya dia karena Thristha kini malah ikut campur urusannya?! Kenapa roh Dewi itu yang sudah lama tenang dan tidak ikut campur tiba-tiba melepas belenggu ingatan sihir Asteria yang sudah susah payah Penelope pertahankan?!

"Ibu!"

Sosok pria tegap dengan surai pirang itu tergesa-gesa menghampiri sang ibunda saat mendengar suara barang terjatuh dengan pecahan kaca.

"Berhenti! Pergi sana, sialan!" Teriak Penelope dengan menutupi seluruh wajahnya.

Matthew menatap punggung sang ibu dengan tatapan penasaran. "Ibu, apa yang terjadi? Apa ibu terluka?"

Penelope tidak mengindahkan pertanyaan dari sang anak. Dia pergi berlalu begitu saja menuju kamarnya tanpa menengok ke belakang.

Yang ada di pikirannya kini, dia harus melakukan segala cara apapun untuk membuat sihir yang tak terkalahkan.

OooOooO

"Apa kamu sudah mencintaiku, Ria?"

Asteria menatap Archer yang lagi-lagi menanyakan hal yang sama sejak beberapa hari lalu.

Sialnya, Asteria begitu ceroboh dan tidak bisa mengendalikan diri saat itu karena terlena dengan betapa nyatanya ciuman Archer yang penuh dengan kelembutan dan kasih sayang itu. Asteria hampir tergoda dan berpikir bahwa ini adalah dunianya.

Dan dia malah mengatakan hal yang seharusnya dia pendam saja.

Dari semua yang telah dia lalui, dia masih tak percaya bahwa dirinya adalah seorang putri kerajaan yang hilang. Bayangkan saja seorang manusia biasa yang hidup pas-pasan tetiba masuk pintu isekai dan jreng mak jreng di duga seorang putri yang hilang?

Another World: Become the Maid of the obsessed male leadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang