Hari hari telah berlalu. Sejak hari itu, Thristha dan Ari terus bertemu di danau tersembunyi itu dan berbagi kisah tawa bersama. Tak terasa bahwa kedekatan Thristha dengan Ari semakin lama semakin lengket. Thristha yang awalnya melihat Ari hanya sebagai rakyat jelata biasa kini semakin lama menganggap Ari sebagai temannya. Atau lebih? Tidak ada yang tahu kedepannya.
"Nona Risthy! Kemarilah." Ari melambaikan tangannya saat dirinya melihat Thristha dari kerumunan rakyat yang tengah melakukan pesta rakyat.
Hari ini adalah hari dimana rakyat berpesta karena telah berhasil panen dengan jumlah melimpah.
Keduanya telah melakukan perjanjian untuk bertemu di pusat kota kerajaan Algeria saat berada di danau tempat persembunyian Thristha kemarin. Thristha yang mengenakan jubah hitamnya menengok ke asal suara dan tak bisa menahan senyumnya kala melihat Ari yang juga tengah tersenyum sambil melambaikan tangannya. Thristha lalu menghampiri Ari yang mengenakan pakaian sederhananya.
"Nona Risthy sangat manis." Puji Ari sembari mengelus pucuk kepalanya dengan pelan.
Perlakuan yang dilakukan oleh Ari membuat Thristha merasakan debaran lagi yang akhir-akhir ini sering ia rasakan ketika bersama dengan pria di depannya ini.
Namun, Thristha masih mencoha untuk mempertahankan martabat nya sebagai sang putri dari kerajaan Algeria dengan menyingkirkan tangannya dengan pelan dan berdehem cepat. "Kita mau kemana?"
Ari menunduk untuk menatap wajah cantik Thristha, dia tersenyum geli dan membungkukkan tubuhnya agar sejajar dengan wajah cantik gadis di depannya itu.
"Apakah nona menyukai makanan rakyat biasa?"
Bola mata secerah permata Ruby itu berkedip pelan menatap bola mata merah darah itu dengan gugup saat merasa di tatap seintens ini. Thristha dengan segera memalingkan wajahnya dan mengangguk cepat.
"T-tentu saja suka! Memang kau kira aku tidak sering makan disini?" Thristha berbicara dengan melirik Ari sinis. Mencoba menyembunyikan rona merah samar yang berada di kedua pipinya.
Ari memiringkan kepalanya dan menatap Thristha dengan senyum tak berdosanya. "Kukira nona tidak selevel dengan makanan yang ada di sini. Siapa tahu nona merasa tidak higienis, kan?" Ucapnya asal sambil mengedipkan bahu.
Ucapan yang terlontar dari mulut Ari membuat Thristha menatapnya jengkel karena merasa disamakan dengan para bangsawan lain.
"Ayo. Kita beli semua makanan yang ada di sini jika kau masih belum yakin bahwa aku menyukai makanan apapun asal enak!" Tanpa menunggu Ari merespon, Thristha segera menarik lengan kekar Ari dan membawanya menuju ke arah stand- stand makanan.
Ari yang di tarik begitu saja hanya bisa pasrah dan memperhatikan semua yang dilakukan oleh sang putri.
Dari mulai menuju stand yang menjual berbagai seafood yang ada. Dari pandangan Ari, terlihat gadis mungil di depannya sudah sangat akrab dengan penjual dan beberapa pengunjung. Mereka kebanyakan tidak mengenal wajahnya sebagai sang putri, karena memang wajahnya jarang di publikasikan. Bahkan, Thristha berkata pada Ari bahwa dia hanya anak bangsawan rendah.
Ari menatap interaksi akrab yang terjadi pada Thristha dan penjual dengan senyum kecil tersungging di bibirnya. Dia tidak menyangka akan seperti ini, namun ini menyenangkan.
"Wah, bibi! Tidak perlu memberiku bonus!" Ucapku Thristha kelabakan saat di beri banyak tusukan udang bakar yang lebih dari yang dia beli.
Bibi penjual seafood bakar itu hanya tersenyum. "Jangan dikembalikan, nak. Kamu mau bibi sedih?"
Thristha sontak menggelengkan kepalanya dengan wajah kebingungan dan tak tahu harus apa saat bibi penjual seafood itu menampilkan raut sedih. Thristha mencoba untuk memegang pundak sang bibi dengan wajah khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another World: Become the Maid of the obsessed male lead
RomanceBagaimana perasaan kalian ketika sedang enak enaknya ingin memakan mie di kamar malah kamarnya berubah jadi portal yang menghantarkan diri kalian ke dunia novel? Bukan hanya jiwanya saja yang berpindah, tubuhnya pun juga iya! Bagaimana kelangsunga...