Happy Reading
___________________________________
"Besok gue jemput." Itu sebuah pernyataan dari Lio sesaat setelah ia mengantar Runa pulang.
"Gak usah elah, repot nanti." Tolak Runa, sebenarnya Ia sih gak masalah Lio menjemputnya, apalagi ini gratis. Tapi karena misi menyelamatkan nyawa, Runa memilih menolak.
"No. Gue gak nerima penolakan, besok gue jemput jam 06.30, kalau gitu gue pulang dulu, Byeee Sasa!" Belum sempat membuka suara, Lio lebih dulu melaju pergi menggunakan motornya.
"Yaudahlah," Runa mengendikkan bahu acuh, lalu mulai melangkah masuk kedalam mansion.
Terdengar suara Riana yang tampak tengah mengomel, arahnya dari ruang keluarga. Runa tentu langsung menuju kesana, mendapati 6 lelaki yang tengah duduk berjejer disofa panjang, dan dihadapannya terdapat Riana yang tengah berkacak pinggang.
"Ckckck, nasibbb punya banyak anak lanang tapi gak ada satu pun yang inisiatif pulang kalau gak diseret paksa. Ini lagi papah, Kemarin malam mamah dikasih tau Sasa kalau dia belum makan siang. Pokoknya mamah gak mau tau papah harus bilang ke kepala sekolah buat nambahin waktu istirahat, mamah tuh khawatir sama Sasa dia kan punya maag bisa bahaya pahhh." Oceh Riana panjang lebar.
Runa yang melihat drama keluarga pun menyamankan diri dengan bersandar di tembok perbatasan ruang keluarga dan ruang tamu.
Erlando yang melihat sang istri mengomel hanya mampu menunduk. "Iya mah tenang, untuk masalah waktu istirahat bakal papah bicarain sama kepala sekolah."
Posisi mereka sudah seperti budak yang kena marah majikannya, Rasanya Runa mau ketawa tapi takut dosa.
Salah satu pemuda yang duduk didekat Erlando, mengangkat kepala ingin membuka suara, tapi matanya tanpa sengaja melihat keberadaan adik perempuan satu-satunya. Spontan ia berdiri, membuat yang lain menatapnya bingung.
"Adek?"
Runa yang merasa tidak terpanggil menolehkan kepala kekanan kiri depan belakang, mencari sosok lain selain dirinya. Tapi nihil, apa 'adek' yang dimaksud dia ya?
Runa pun menunjuk dirinya sendiri dengan wajah bertanya.
Pemuda itu langsung berjalan kearahnya dengan pelan membuat Runa waspada.
Saat sampai didepan Sang adik, pemuda itu memeluk Runa erat sambil menggoyang-goyangkannya kekanan kiri.
"ADEK ABANGG KANGENN BANGETT!" Teriaknya melepas rindu.
Runa yang merasa nafasnya mulai habis segera memukul-mukul punggung pemuda yang memeluknya, rasanya Runa seperti melihat malaikat maut yang berjalan menghampirinya.
'Masa iya gue mati lagi cuman gegara dipeluk?!'
"ASTAGA REVAN! ADIKNYA KEHABISAN NAFAS ITU!" Teriak Riana.
Revan, pemuda yang tengah memeluk Runa itu spontan melepaskan pelukannya, lalu menatap adiknya khawatir.
"Dek, maafin abang ya? Aduhh jangan tinggalin abang dek."
Runa yang terlepas dari pelukan maut itu segera mengambil oksigen sebanyak-banyaknya.
"Gue udah liat malaikat maut tadi, astagaaa." Gumam Runa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Second Life Became Antagonist || END
Teen Fiction[kata kasar berseliweran, seperti umpatan. Ganti judul, judul awal 'Antagonis Harem' jadi 'My second Life Became Antagonist'] Aruna Meldeva Xevver cewek barbar, menyebalkan dan suka julidin orang. Namun sayang seribu sayang ia harus mati karena keja...