Happy Reading
_____________________
Flashback chap 12.
"Jadi kamu siapa?"
Runa menunduk memilin kedua tangannya diatas paha, pertanyaan dari orang didepannya membuat gadis cantik itu tak berkutik.
"Huft... Sa-- ah enggak, kamu.. jiwa yang ada di tubuh adikku. Siapa kamu?" Lagi, pertanyaan itu hanya dijawab oleh keheningan malam.
Runa menghela nafas pelan, sepertinya identitas-nya akan terbongkar. Ya sudahlah, mau bagaimana? Runa juga gak mau terus membohongi keluarga dari Yesa, ia hanya orang asing yang entah gimana bisa masuk kedalam tubuh putri kesayangan Glenio.
"Runa, panggil aja gue Runa. Sebelumnya gue mau minta maaf udah masukin tubuh adek lo, gue juga gak tau kenapa gue bisa terdampar disini. Kalau lo mau bunuh gue sekarang, gue ikhlas kok, beneran deh." Ucap Runa pasrah, tak ada lagi semangat di dinada bicaranya.
Malvin, sang tersangka hanya mampu terdiam, matanya menatap tak percaya.
'Udah gue duga respon-nya bakal begini. Hah, ini mah beneran say goodbye to the world. Kira-kira dia bakal bunuh gue pake apa ya?'
"Lo pikir gue bodoh? Biar gimana pun tubuh itu tubuh adek gue, gak bakal gue biarin seseorang nyakitin dia. Lo udah di tubuh adek gue, berarti secara gak langsung lo juga adek gue. " Jawaban yang dikeluarkan Malvin membuat Runa membelalakan matanya.
'Gak jadi dibunuh nih gue? Sujud syukur gak sih?'
"Yang gue tanyain sekarang, identitas lo."
"Kan tdi gue udah bilang, panggil aja Runa."
Malvin menajamkan matanya, sorot itu menatap Runa dingin. "Lengkap, bukan cuman panggilan. Lo sekarang adek gue juga, wajar gue pengen tau identitas asli adek baru gue."
Terharu boleh gak sih? Runa belum pernah merasakan kasih sayang Seorang kakak sebesar ini, ingat kan ia dulu adalah anak pertama? Rasanya Runa pengen nangis aja.
"Aruna Meldeva Xevver, di dunia gue dulu umur gue udah 20 tahun. Cukup?"
"Berarti kita cuman beda 4 tahun?" Runa mengangguk.
"Terus lo kenapa bisa mati?"
Runa meringis, agak malu menceritakan kejadian yang membuatnya nyasar kesini. "I-intinya Negara gue dulu ada sekelompok teroris, dan entah karena sial atau apes rumah gue diledakin sama teroris itu, alhasil lah gue mati."
"Oh. Cukup tragis, terus kenapa adek gue bisa pergi?" Nah, masalah itupun Runa tak tau. Ia lupa menanyakan perihal itu.
Runa mengendikkan bahu, "Gak tau, kenapa gak lo tanya sendiri?"
"Lo mau gue mati?"
Runa menggelengkan kepala cepat. Tidak seperti itu maksudnya, kenapa cowok ini sungguh negatif thingking?
"Gak gitu maksudnya!"
Malvin menaikkan salah satu alisnya, terus caranya agar berkomunikasi dengan Yesa bagaimana?
"Terus? Kan cara supaya bisa nanya Sasa cuman nyusul dia." Malvin menjawab dengan wajah polos.
Runa berdecak, tangannya refleks memukul tangan Malvin keras.
"Ya gak gitu juga! Kayaknya lo kebelet mati ya?" Mendengar itu Malvin melotot, enak sekali Mulut gadis itu mengatainya pengin mati.
"Gak lah!"
"Yaudah, kan bisa pake cara lain."
"Gimana?"
"Ntah, kalau beruntung nanti Yesa datengin Gue lewat mimpi. Kalau gak beruntung ya nasib."
Malvin menghela nafas berat, akalnya tidak bisa menerima kenyataan se tidak masuk akal ini, tapi hatinya seolah meyakinkan bahwa peristiwa semacam ini memang nyata terjadi, dan sialnya itu terjadi pada adik kesayangan-nya.
Melihat raut frustasi Malvin, Runa jadi merasa bersalah. Harusnya ia tak disini, harusnya ia sudah tenang diatas sana, tapi kenyataannya justru Yesa lah yang tenang disana, meninggalkan Runa dengan segala masalah yang gadis itu limpahkan.
'Mau tenang aja susah banget. Ini gue harus bahagia atau sedih sih? Mau gimana pun nanti orang-orang akan memandang gue sebagai Yesania bukan Aruna. Huft... capek capek, jadi pengen bersandar di bahu oppa Jaemin.'
Asik memikirkan nasib, Runa sampai tak sadar kini ia tengah bersandar di bahu tegap Malvin.
"Eh?" Runa hendak bangun namun tangan besar Malvin menahan pergerakannya.
"Gapapa, sekarang lo adek gue juga. Gue harap lo juga anggap gue sebagai abang lo, begitupun keluarga yang lain." Ucapan Malvin membuat Runa terpaku.
Ia ingat Yesa juga pernah mengatakan hal seperti itu.
"Lo gak benci gue?"
"Kenapa gue harus benci lo? Gimanapun lo tetap adek gue.... Aruna."
Runa tersenyum, ia merasa kehadirannya diterima. Bukan sebagai Yesa namun sebagai dirinya sendiri.
Masih dengan senyum manisnya, Runa menyamankan diri di sandaran Malvin. Perlahan mata indah itu tertutup menjemput mimpi yang menunggu.
Malvin terkekeh, tangannya mengusap rambut Runa dengan hati-hati.
"Sasa.... lo liat ini? Abang udah nerima dia. Abang harap disana kamu tenang dan bahagia, karena disini abang juga akan bahagia."
End of flashback.
🐒TO BE CONTINUE🐒
dengan segenap diri, author mohon maaf 🙏 udah gak update beberapa hari ini. Kouta author abis soalnya ygy.
Chap ini flashback dari chap 12 ya.
Semoga kalian enjoy ya bacanya.
130 vote, nanti author UP lagi.
Byeeee
Jangan lupa vote and komen!
_____________________
✨️🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
My Second Life Became Antagonist || END
Teen Fiction[kata kasar berseliweran, seperti umpatan. Ganti judul, judul awal 'Antagonis Harem' jadi 'My second Life Became Antagonist'] Aruna Meldeva Xevver cewek barbar, menyebalkan dan suka julidin orang. Namun sayang seribu sayang ia harus mati karena keja...