Happy Reading
_____________________
Disebuah gedung tua yang luarnya terlihat tidak terawat, kotor, dan ditumbuhi rumput liar, terlihat seorang lelaki memasuki gedung itu. Lelaki itu berjalan semakin dalam, sampai kaki jenjangnya mulai menapaki tangga yang menuju ke sebuah ruangan yang berada di bawah tanah.
Tampilan ruangan itu jauh berbeda dengan tampilan luarnya. Ruangan ini sangat layak untuk ditinggali, terdapat satu kasur kingsize dengan dua meja nakas yang terletak di sebelah kiri dan kanan kasur. Lukisan-Lukisan mahal pun terpasang apik di dinding-dinding ruangan, di tengah ruangan terdapat satu meja bundar dengan kursi-kursi yang mengelilingi, meja ini persis seperti meja rapat. Diatas meja bundar itu ada sebuah lampu gantung dengan kristal yang menjadi hiasannya. Ruangan itu benar-benar berbeda 180° dengan tampilan gedung luarnya.
Saat membuka pintu, lelaki itu dapat melihat enam orang lainnya sudah duduk di kursi yang mengelilingi meja bundar di tengah ruangan. Sepertinya ia telat.
Ia akhirnya duduk disamping seorang lelaki yang mengenakan kemeja hitam. Tatapan matanya menyorot orang-orang yang ada, seolah memberitahu siapa yang akan buka suara.
"Maunya gimana?" Tanya lelaki diseberang.
"Hm? Maksud?"
"Ck. Mau bersaing tapi kita tau gak ada yang mau ngalah, gue juga yakin kalian gak akan nyerah dengan cepat. Atau opsi kedua, kita berbagi. Dampak positifnya kita bisa milikin dia seutuhnya dengan lebih gampang, kita juga bisa jagain dia barengan. Negatifnya kita harus mau di duain, kalau gue gak masalah sih. Jadi ... gimana?"
"Lo yakin, Chi?"
"Gue yakin Li. Sekarang gue tanya ke kalian, maunya gimana? Mau bersaing? Oke, gue gak keberatan. Atau mau berbagi? Gue juga gak keberatan."
"Bersaing."
"Kenapa?"
Setelah pengakuan mereka beberapa waktu lalu, ketujuh orang yang disebut seven Prince itu mengadakan pertemuan untuk membahas masalah ini. Apa masalahnya? Masalahnya adalah mereka mencintai satu orang yang sama, seorang gadis cantik pemilik bola mata berwarna cokelat yang memabukkan, si cantik yang jika tersenyum matanya akan membuat bulan sabit.
Dan si cantik itu juga lah yang sudah mencairkan hati beku tujuh lelaki tampan itu. Tentu saja mereka tidak akan melepaskan si cantik, jika bisa mereka akan mengurungnya. Ya cinta dan obsesi mereka memang agak bahaya.
Alen, salah satu seven Prince menolak gagasan dari Chio. Menurutnya sesuatu yang sudah di cap menjadi miliknya, hanya harus menjadi miliknya seorang, itu adalah mutlak. Alen tidak mau berbagi.
"Gue gak suka." Balasnya pada pertanyaan Chio.
"Kalau gue ikut Chio, gue lebih baik berbagi daripada bersaing sama kalian. Karena apa? Karena walaupun kita nantinya udah bersaing, gak ada yang tau jodohnya Sasa siapa. Bisa aja dia lebih milih orang baru daripada kita, hey guys kalian bukan Tuhan." Ucap Jemmian dengan santai.
"Putus asa heh? Kalau dia memang bukan jodoh kita. Gampang, buat dia berjodoh dengan kita, it doesn't matter what way."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Second Life Became Antagonist || END
Fiksi Remaja[kata kasar berseliweran, seperti umpatan. Ganti judul, judul awal 'Antagonis Harem' jadi 'My second Life Became Antagonist'] Aruna Meldeva Xevver cewek barbar, menyebalkan dan suka julidin orang. Namun sayang seribu sayang ia harus mati karena keja...