🐒Chapter 18🐒

10.7K 762 7
                                    

Happy Reading

_________________________

Runa menatap malas pada papan tulis yang menunjukkan rumus-rumus matematika yang rumit, saking rumitnya sampai membuat kepala setiap siswa siswi pusing seketika.

Walaupun ia sudah menambah persentase Kepintaran, tetap saja Runa terlalu malas untuk memikirkannya. Ia sudah teramat bosan, apalagi tentang X dan Y, ada aja masalahnya. Ntah itu mencari X atau mencari Y. Mungkin kalau kedua huruf itu adalah manusia ingin rasanya Runa protes. Seperti, "Masalah gue tuh udah banyak, jangan nambah-nambahin dong! Mandiri kek!."

Huft... sudahlah membahas perihal itu hanya akan membuang waktu, tak ada habisnya.

Kini gadis dengan rambut dikepang itu mengalihkan pandangan kearah jendela yang berada tepat disebelahnya, menampilkan pemandangan taman sekolah secara jelas. Ia menompang dagu memperhatikan seseorang yang tengah duduk santai disalah satu bangku taman. Alisnya terangkat satu, menandakan gadis cantik itu tengah bingung.

Bukankah sekarang masih jam belajar? Kenapa dia bisa dengan santainya keluar kelas?

Namun segera ia tepis pemikirannya itu, tentu saja guru mana yang mau menegurnya? Dia kan anak donatur terbesar disekolah ini, pasti guru pun segan. Hah, kekuasaan dan uang memang sangat berpengaruh.

Larut dalam pikirannya, Runa dibuat terkejut kala matanya dan mata orang itu bersitatap. Runa tertegun melihat mata tajam itu memandangnya teduh, senyum tipisnya terukir, menambah kesan tampan diwajahnya.

Pemuda itu melambaikan tangan, seakan memberitahu keberadaannya. Melihat itu Runa hanya mendengus malas, dengan niat jahil yang tiba-tiba melintas dipikirannya, Runa tersenyum manis, tangannya membentuk love kecil lalu mengarahkannya kearah pemuda itu, tak lupa dengan mata yang menutup satu melakukan Wink yang mampu membuat kaum Adam berteriak histeris.

Runa seketika tertawa kecil melihat respon lucu dari pemuda yang dijahilinya. Dimana pemuda itu langsung menampilkan ekspresi kaget yang tidak lagi bisa ditutupi dengan wajah datarnya, lalu secara perlahan pemuda itu menyenderkan tubuhnya dengan mata tertutup dan bibir yang menerbitkan senyum lebar. Ah, tak lupa terdapat Rona merah samar disekitar pipi dan telinganya.

Runa berusaha sekuat tenaga untuk tidak tertawa. Bisa-bisanya pemuda yang terkenal dingin bin cuek itu salting cuman karena ia menjahilinya? Wah, Runa rasa berita ini akan menjadi topik utama untuk di-ghibahkan. Apalagi untuk kedua sahabatnya, Ia yakin mereka tak akan percaya.

'Gila, cowok sekelas Xander bisa salting juga? Wow, lumayan nih buat bahasan ghibah selanjutnya. Pasti mereka gak bakal percaya.'

Gadis itu senyam-senyum sendiri saat membayangkan se-heboh apa kedua sahabatnya ketika mengetahui hal ini.

Sedangkan dibelakang, tepatnya di meja terakhir, Arana memandang Runa tajam. Ia sudah memperhatikan interaksi Runa dan Xander, Membuatnya geram bukan main.

Kenapa Xander dan Runa bisa sedekat itu? Harusnya ia lah yang ada diposisi Runa. Ia adalah pemeran utama, tak ada yang bisa membantah itu. Arana tak akan membiarkan alur cerita melenceng lagi, ia akan memastikan Ending hidup Yesa adalah kematian. Sama seperti di novel, ending yang pantas untuk antagonis wanita.

Memikirkan itu membuat Arana tersenyum miring, berbagai rencana terpasang apik dikepalanya. Rencana agar kehidupannya bahagia, Rencana agar semua berjalan semestinya, dan rencana agar Yesania hancur.

My Second Life Became Antagonist || END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang