🐒Chapter 26🐒

5.6K 437 17
                                    

Happy Reading

_____________________

Sesuai yang diperintahkan Lio padanya melalui pesan, Yesa menunggu pemuda itu menjemputnya di uks. Gadis cantik itu nampak sibuk menggulir layar handphone-nya, sedang membaca novel online.

"Sa, Ntar kalau udah nikah lo mau punya anak berapa?" Pertanyaan random itu keluar dari bilah bibir Rey yang sedang duduk bersila di brankar.

Yesa sontak menoleh ke arah gadis yang hari ini sikapnya sungguh diluar nalar, "Kenapa emang? Pemikiran lo jauh amat."

"Bukan gitu, kepo aja. Kalau gue sih mau punya anak 11 biar bisa buat tim sepak bola sendiri."

"Gila lo?! Apa gak capek ngelahirin-nya?" Sungut Deera tak habis pikir.

"Santai lah, masalah itu urus belakangan. Kan pas pembuatannya mantep tuh."

Yesa menepuk dahinya, "Nih anak tingkahnya makin gila Ra pasca putus dari si Radit. Maklum ya."

"Pantes, lo kalau gamon bilang Rey."

"Astaga tau ah capek gue, dibilang gue gak gamon!" Rey memutar bola mata malas, kedua sahabatnya terlihat tidak percaya. "Udahlah, jadi gimana Sa?"

"Eum, kalau gue niatnya gak mau punya anak banyak-banyak. Kayaknya 2 atau 3 aja cukup, ngelahirin-nya itu loh butuh perjuangan."

"Kedikitan Sa, kalau gue sih mau punya anak 7 biar bisa bikin boy grup sendiri." Sahut Deera ikut-ikutan.

Rey mengetuk-ngetuk dagunya, tampak sedang berpikir. "Mau taruhan gak?"

"Taruhan apa?"

"Gue tebak anak si Sasa bakal lebih dari lima."

"Untungnya buat gue apa?"

"Ntar kalau gue salah bakal gue kasih mobil keluaran terbaru, kalau gue bener lo harus nurutin permintaan gue. Setuju?" Rey memberi penawaran yang cukup menggiurkan untuk Deera.

"Setuju!"

"Gue masih ada disini loh guys, lo pada buat taruhan didepan orangnya langsung?" Ucap Yesa sambil geleng kepala.

Sontak kedua gadis yang tengah duduk di brankar uks itu tersenyum garing, dengan tangan menggaruk kepala yang tak gatal.

Sekali lagi Yesa hanya bisa menggeleng pelan, gadis itu berniat keluar uks namun sebuah tangan yang melingkar di pinggangnya menghentikan pergerakan Yesa. Tubuhnya tiba-tiba mematung, seolah membeku dan tidak bisa digerakkan sama sekali.

"Udah puas belum bolosnya, hm?" Suara berat namun juga terdengar serak itu seketika membuat tubuh Yesa merinding sampai kaki.

'Berasa dibisikin syaiton gue cok.'

Dengan gerakan patah-patah gadis itu menoleh ke belakang, mendapati sosok pemuda yang sedang ditunggunya.

"L-lio?"

"Hm? Why?"

"Bisa dilepasin pelukan lo?" Bukannya melepaskan pelukannya, Lio malah semakin mengeratkan tangannya di pinggang ramping Yesa.

My Second Life Became Antagonist || END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang