🐒Chapter 24🐒

6.8K 510 32
                                    

Happy Reading

______________________

Keenam cowok itu mendengus sebal, mata tajam mereka menatap seorang gadis cantik yang tengah duduk anteng dengan seorang pemuda. Melihat keakraban kedua manusia berbeda gender itu membuat mereka tenggelam dalam kobaran api cemburu.

Harusnya mereka tak mengajak Macchio, pemuda itu ancaman terbesar mereka dalam mendekati Yesa. Dalam hati masing-masing mereka berjanji tak akan membiarkan Macchio ikut jika ingin pergi menemui Yesa.

"Sasaaa jangan cuekin kita dong, kamu fokus sama dia mulu." Ujar Lio yang tak tahan melihat kedekatan mereka, hatinya sungguh panas, ingin rasanya ia memberi bogeman ke wajah sok polos Macchio.

"Huh?" Yesa mengalihkan pandangan, ia lupa jika masih ada enam cowok tampan di dekatnya. "Maaf, gue terlalu seneng Chio bawain novel seru kayak gini."

"Kalau kamu mau satu toko buku akan aku beli khusus untukmu, bagaimana?" Xander bersuara, "membeli satu toko buku tak akan membuat keluarga ku miskin."

Yesa tercengang, gadis itu mengedipkan mata berulang kali takut pendengaran nya bermasalah, namun tidak. Ia yakin betul mendengar Xander yang mau membeli satu toko buku untuknya, gila! Satu toko buku! Bayangkan perlu mengeluarkan berapa uang untuk itu? Yesa tak tau dan tidak mau tau.

"Satu toko buku macem gramedia gitu?"

Xander mengangguk ringan, ia tak masalah membelinya jika gadis pujaannya menginginkan. Memang cinta dapat membutakan seseorang, dan membuat akal sehat hilang seketika.

"Really?"

"Hm. Kamu mau kan?"

Sudahlah, Yesa tidak sanggup berkata-kata lagi.

"Oke, aku urus sebentar ya." Xander pergi, sepertinya pemuda itu sungguhan akan membeli sebuah toko buku ntah bagaimana caranya Yesa pun tak mengerti.

"Tutup mulutmu sayang, sini duduk dekat aku." Thiaz menepuk sofa disampingnya.

"Gak ah, disini aja." Yesa kembali menatap novel pemberian Chio, lalu lanjut membacanya.

"Ck, gak nurut? Yaudah." Thiaz bangkit kemudian mendekat dan segera mengangkat tubuh mungil Yesa kedalam gendongan koala nya.

"Thiaz!"

"Hm? Kamu nolak jadi aku aja yang inisiatif." Lelaki itu mendudukan diri di sofa single dengan Yesa dipangkuan nya.

'Pertama kalinya gue duduk dipangkuan cowok, eh gak deh kan pernah gak sengaja duduk dipangkuan si Xander.'

"Kamu mikirin apa?" Jemmian berjongkok didepan Yesa, tangan pemuda itu membelai lembut pipi gadisnya.

"Hah?" Responnya itu mengundang gelak tawa dari keenam cogan disana.

Mereka merasa lucu dan gemas pada Gadis itu, sontak saja pipi Yesa memerah seperti tomat. Ia malu, sungguh malu! Sialan sekali mereka menertawakan nya begini.

"Jangan ketawa!" Karena kesal ia memukul pelan kepala Jemmian yang didepannya menggunakan buku novel ditangannya.

Puk!

My Second Life Became Antagonist || END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang