Happy Reading
_____________________
Setelah bersenang-senang di hari minggu, kini Yesa si gadis cantik itu harus menghadapi hari senin yang menakutkan. Sama dengan didunianya dulu yang mengadakan upacara setiap senin, disini pun begitu hanya saja benderanya diganti dengan bendera negara ini.Namun yang patut di syukuri kepala sekolah saat ini sedang sakit gigi jadi tidak bisa memberi petuah lama-lama, itu suatu hal yang amat membahagiakan semua siswa. Bukan apa, masalahnya kepala sekolah LIHS kalau sudah memberi petuah pasti lama mungkin bisa sampai 30 menit lebih, gila memang padahal beliau tau seluruh muridnya kepanasan tapi tetap saja lanjut bicara. Sedikit pengalaman di dunia nyata hehe...
Huft... sudahlah jika membahasnya tidak akan habis, saat ini Yesa dan salah satu teman sekelas nya yang bernama Ghea berdiri di barisan paling belakang. Niat hati ingin ngadem dan menghindari guru pengawas, mereka berdua malah mendapati guru itu berdiri persis di belakang barisan kelas mereka. Apes... apes.
Jadilah kedua cewek cantik itu berdiri tegak bak patung di swalayan, wajah keduanya tegang Bukan main. Ditambah guru yang mengawasi adalah guru BK, tidak ada kesempatan untuk jongkok sama sekali.
Untungnya mereka berdua memakai atribut lengkap, jadi tidak akan kena hukum.
'Tau begini mending gue bolos aja njir, nyesel gue gak ngikut si devisa.'
Yesa menghela nafas berat, hari senin memang bukan harinya, ntah karena apa pasti ada saja hal sial yang menimpanya setiap hari senin. Gadis itu curiga si senin ada dendam sama dia.
Masih dengan tangan di belakang alias sikap istirahat, Yesa mengedarkan pandangan menatap sekeliling. Lalu mata indahnya berhenti ke arah barisan cowok kelas sebelah, ya walaupun harus agak berjinjit untuk melihat tapi Yesa puas setidaknya ia bisa cuci mata karena Ketampanan cowok tetangga.
Ditambah kelas itu adalah kelas Xander, Alen, dan Jemmian ketiga cowok itu tidak usah diragukan lagi visual-nya.
'Gue akuin deh mereka bertiga visualnya diatas rata-rata, jadi pengen pindah njir. Pepatah rumput tetangga lebih hijau daripada rumput sendiri itu ternyata bener ya.'
Yesa segera mengalihkan tatapan ketika matanya bertemu pandang dengan mata tajam Xander, gadis itu malu bukan main terciduk melirik mereka.
"Malu-maluin diri sendiri lo Yesaa... ini kapan selesai ya? Pengen kabur deh." Gumam gadis itu.
"Stttttt, pwiutttt kiwwww eneng liat sini dong!" Bisikan mengganggu itu membuat Yesa menoleh, hanya untuk melihat Reynata yang menatapnya sambil mengedipkan sebelah mata menggoda.
"Apasih njir? Ada guru."
"Makanya jangan gede-gede suara lo! Bolos kuy!" Ajak Reynata sambil sesekali melirik ke arah guru BK.
"Gimana caranya?"
"Gampang itu, kita ke uks aja pura-pura sakit jantung pasti diizinin."
"Pasaran ah, yang lain ada?"
Rey berdecak malas tangannya sudah terulur untuk menggeplak kepala Yesa, namun diurungkan saat melihat guru itu melirik mereka.
"Lo mau bolos gak? Cuman itu caranya! Ntar si Deera yang pura-pura pingsan, kan nanti pasti diminta temen buat jaga."
Karena tak ada pilihan lain akhirnya Yesa pun mengangguk saja, ia tidak mau berdiri lebih lama disini, dilihat pun sepertinya kepala sekolah mereka masih akan melanjutkan petuah berulang nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Second Life Became Antagonist || END
Teen Fiction[kata kasar berseliweran, seperti umpatan. Ganti judul, judul awal 'Antagonis Harem' jadi 'My second Life Became Antagonist'] Aruna Meldeva Xevver cewek barbar, menyebalkan dan suka julidin orang. Namun sayang seribu sayang ia harus mati karena keja...