🐒Chapter 40🐒

4.8K 351 16
                                    

Happy Reading

____________________

Suara mesin pendeteksi detak jantung atau EKG mengisi kesunyian salah satu ruang rawat VVIP di Diamond Hospital. Setiap suara yang dikeluarkannya membuat kesan cemas datang tanpa diundang.

Ruang rawat yang luas itu diisi keheningan yang panjang. Sinar  mentari berwarna jingga yang menerobos masuk melalui jendela menjadi pertanda bahwa hari sudah petang, namun agaknya sinar itu tak mampu membuat seseorang yang terpejam lama itu bangun.

Hari demi hari dilewati, orang-orang menantinya untuk kembali membuka mata. Sayang, mimpi yang diarungi si gadis terlalu indah.

Vas bunga yang letaknya di samping nakas ranjang pesakitan nya, terlihat selalu diganti dengan bunga yang baru dan segar. Bunga-bunga itu tidak pernah layu, kelopak indahnya selalu tampak bersinar.

Tidak seperti hari-hari sebelumnya, ruang rawat mewah itu terlihat kosong, tidak ada yang menjenguk. Padahal biasanya setidaknya ada 1-2 orang yang menunggu si gadis bangun.

Tidurnya yang nyenyak membuat semua orang khawatir, takut si gadis tak mau bangun dan memilih pergi. Semua metode penyembuhan sudah di lakukan agar si gadis kembali membuka mata, namun sejak di diagnosis koma si gadis cantik belum menunjukkan tanda akan bangun.

Penantian yang lama, terbayar. Di sore yang cerah ini, si gadis cantik mulai membuka mata indahnya kembali.

Tubuh yang sudah lama tidak digerakkan membuat si gadis mengira ia lumpuh karena tubuhnya terlihat kaku.

Sorot mata sayu nya berpendar, memperhatikan sekitar. Kekosongan menyapanya saat membuka mata.

Suara mesin EKG membuat si gadis sadar, bahwa ia selamat dari kematian. Disatu sisi ia senang, namun tak dipungkiri ia juga sedih. Jika dia selamat, maka Llen berarti sudah pergi.

Raut si gadis berubah sendu. Yesa, rasanya ingin menangis keras. Kehilangan Llen seperti kehilangan keluarganya.

Prang!

Suara benda jatuh membuat Yesa mengalihkan pandangan. Raut terkejut seseorang yang berdiri di ambang pintu membuatnya tersenyum walau selang oksigen masih membingkai wajahnya.

"Y-yesa?"

"M-mam.." lirih suara yang bisa dikeluarkan Yesa, badannya masih sangat lemah tidak memungkinkan nya untuk bersuara keras.

Riana yang baru saja kembali dari luar, dibuat terkejut melihat sang anak bungsu sudah membuka mata. Tangan nya sampai bergetar, air mata sudah memupuk di mata Riana.

Sontak saja, Riana berlari ke arah brankar Yesa. Tak bisa menahan, Riana menangis sesengukan.

Belum sempat Yesa bersuara, seseorang yang baru masuk kembali menarik atensi nya.

Erlando, sang papah berdiri disana dengan kedua tangan membawa buket bunga tulip. Sama seperti Riana, Erlando juga mematung melihat anak perempuan satu-satunya sudah membuka mata kembali.

Namun setelah sadar, Erlando langsung saja menghampiri anak dan istrinya.

"Sayang... princess-nya papah, i-ini bener kamu kan?"

My Second Life Became Antagonist || END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang