4 tahun kemudian ....
Linn telah berumur 16 tahun, dia tumbuh menjadi gadis yang penyendiri dan pemalu. Rambut pendeknya sekarang memanjang, tingginya juga bertambah.
Sekarang adalah hari Senin, hari pertama Linn masuk ke sekolah sebagai murid kelas 10. Saphirea High School, bangunan indah di mana tempat para siswa-siswi belajar dan mendapatkan ilmu pengetahuan baru.
"Ayah, Linn berangkat ya!" teriak Linn yang sudah berada di depan gerbang rumah.
"Hati-hati," jawab sang ayah di tengah pintu rumah dengan senyum tipisnya.
Linn berjalan menuju halte bus. Di tengah perjalanan menuju halte bus, Linn mengumamkan sebuah kalimat untuk dirinya sendiri, "Ayo, Linn pasti bisa dapet temen."
Linn menaiki bus yang datang. Linn duduk di kursi dekat kaca bus sambil melihat ke arah luar kaca bus. Di dalam bus, lumayan ramai dengan penumpang. Ada beberapa siswa yang memakai seragam yang sama seperti Linn, ada juga yang memakai seragam yang berbeda jauh dari Linn. Terlihat beberapa pekerja kantor juga di dalam bus.
Setelah menunggu hampir 20 menit, Linn sampai di depan gerbang bangunan dengan nama Saphirea High School. Linn turun dari bus dan masuk ke dalam area sekolah.
Linn berjalan sambil melihat sekeliling dan mencari kelasnya. Sesampainya di depan kelas, Linn mengurungkan niat untuk mencari teman. Beberapa siswa-siswi yang datang sudah berkelompok di kelasnya, mungkin di sekolah sebelumnya mereka adalah teman.
Linn menuju kursi kosong yang tersisa dikelas. Sebagian siswa sudah berada di dalam kelas. Kelas terdengar ramai dengan suara tawa ataupun gurauan, Linn memilih untuk membaca sebuah novel yang dia bawa ke sekolah.
Linn terlalu fokus pada novel yang dia baca, sampai tak menyadari ada seorang siswa yang menepuk bahunya. Siswa itu menepuk bahu Linn sekali lagi, Linn sedikit kaget dan menatap kearah siswa itu.
"Linn, boleh aku duduk disini?" tanya siswa itu. Linn yang melihat wajah siswa itu, langsung tersenyum senang dan mengangguk.
"Udah lama gak ketemu, gimana kabar kamu, Ralu?" tanya Linn.
"Baik." Gadis itu, Ralu duduk di samping kursi Linn. Ralu adalah teman Linn saat Sekolah Dasar, namun pada saat kelas 4, Ralu pindah bersama orang tuanya ke kota lain.
Mereka berbincang ringan, lalu terdengar bel pelajaran berbunyi. Terlihat seorang guru memasuki ruangan dan mengenalkan dirinya bahwa dia adalah wali kelas.
•
Saat ini Linn dan Ralu berada di bangku kantin. Di tengah keramaian kantin, mereka sesekali berbicara sambil memakan makanan mereka.
"Dulu kenapa gak bilang kalo mau pindah?" tanya Linn sambil mengingat waktu-waktu keberasaan mereka saat kecil.
"Orang tuaku ada kerjaan penting banget di Kota Masherd, jadi kita langsung pindah ke kota itu sementara tanpa bilang ke kamu dulu, maaf," jelas Ralu, lalu memakan makanannya kembali.
Linn menganggukkan kepalanya beberapa kali, tanda bahwa dia paham. Linn menceritakan kisahnya saat Ralu tidak ada, begitu juga sebaliknya.
"Gimana sekolah kamu dulu?" Linn bertanya pada Ralu
Terlihat raut wajah Ralu yang sedang berpikir, "biasa-biasa aja, gak ada yang spesial."
"Gitu aja terus, selalu jawab biasa terus." Dari dulu Ralu adalah tipe orang pemalas untuk berbicara panjang lebar, dia lebih memilih tidur atau memainkan game.
"Ya mau gimana? Kalau tanya soal prestasi, masih sama," jawab Ralu.
"Kamu ada niatan tuker otak sama aku gak?" ucap Linn dengan nada bercanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
EDELSTENEN
FantasíaMenggunakan sihir hitam dan melakukan perjanjian dengan iblis adalah hal yang salah. Seorang penyihir berhasil melakukan perjanjian terkutuk dan membuat masalah di masa depan. Linn dan teman-temannya bertugas menggagalkan rencara penyihir itu *** Ma...