"Noe, ini kesempatan bagus, semoga keberuntungan di pihakmu." Ola menunjukkan sebuah pesan yang ada di ponselnya. Noe mengepalkan tangannya di depan dada dan terlihat raut semangat di wajahnya setelah mendengar ucapan Ola.
Mereka bertiga sedang duduk di sebuah bangku, dengan suasana ramai membuat mereka harus berbicara sedikit keras. Tunggu, mereka bertiga, siapa saja itu.
"Mau beli es krim dulu? Aku beliin," tanya lelaki di samping Ola.
"Iya! Mau!" jawab Ola dengan semangat.
Noe memutar bola matanya dengan malas setelah melihat dua orang yang sedang bermesraan itu. Ola tidak mempedulikan keberadaan Noe di sana dan lebih memilih untuk mengikuti lelaki yang berstatus sebagai pacarnya itu menuju ke penjual es krim.
Suara langkah kaki terdengar menjauh, hanya tersisa Noe di bangku itu. Tatapannya menatap ke langit yang terlihat cerah tanpa awan dengan matahari yang bersiap untuk pergi. Suara keramaian dari orang-orang yang berlalu-lalang membuat seolah Noe tidak ada di sana.
Ketenangan itu perlahan terganggu oleh suara klakson dari motor yang berada sekitar beberapa meter dari arahnya. Noe mengalihkan pandangannya ke arah motor itu, dia mengenali motor itu.
"Mirip gembel ya," ejek si pengendara motor yang berada di depan Noe dengan senyum mengejek.
Noe bergerak bangun dari duduknya dan bersiap melepas sepatu di kaki kanannya itu dengan tujuan melemparkan sepatunya pada wajah lelaki di depannya.
"Iya iya, canda." Lelaki itu turun dari motornya dan melepas helm yang dia gunakan. Setelah menaruh helmnya itu, dia mendekat ke arah Noe.
"Ngapain nemenin orang pacaran? Gabut banget," celetuk lelaki itu.
"Gak sengaja ketemu, hari ini aman kan Zev? Gak ada acara?" tanya Noe pada lelaki itu.
"Aman, kalau gak aman mana ada aku di sini." Lelaki itu, Zev menjawab sambil membuka ponselnya untuk melihat jam. Pukul 16.34, mereka berdua berencana untuk mengelilingi Kota Hally.
●
"Wah! Udah lama gak ke Kota Hally! Masih bagus!" ucap gadis dengan rambut biru yang sedang menatap ke arah luar jendela mobil.
Seorang gadis dengan mata biru tuanya itu menatap temannya dengan raut wajah datar. Dia mengalihkan pandangannya keluar jendela mobil dan menatap keindahan kota hiburan itu.
"Sudah sampai nona Ralu," ucap supir mobil itu.
Ralu dan temannya yang tak lain adalah Linn, turun dari mobil dan bersiap untuk menuju salah satu tempat terkenal di kota itu.
Jam pada ponsel Ralu menunjukkan pukul 16.20, dengan suasana sore hari mereka berjalan di tengah keramaian kota. Burung-burung terbang di langit sambil bernyanyi dengan kicauannya, orang-orang tengah berjalan dengan santai sambil tertawa.
Kota Hally adalah kota yang dijuluki kota hiburan, sangat cocok menjadi tempat tujuan untuk berlibur. Dengan minggu ini adalah libur tengah semester, membuat kota ini lebih ramai dari minggu-minggu biasanya.
Bangunan-bangunan seperti toko makanan, toko boneka, toko mainan dan lainnya terlihat ramai dengan pengunjung di pinggir jalan. Semilir angin membuat beberapa helai rambut Linn dan Ralu bergerak ke belakang.
"Mau nonton apa?" tanya Linn sambil berjalan di samping Ralu.
"Film genre teka-teki?" tawar Ralu pada Linn. Linn menganggukkan kepalanya beberapa kali sebagai jawabannya.
Siapa yang tidak tahu jika Ralu adalah seseorang penyuka hal-hal yang berhubungan dengan teka-teki. Mereka berjalan memasuki salah satu bangunan di kota hiburan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
EDELSTENEN
ФэнтезиMenggunakan sihir hitam dan melakukan perjanjian dengan iblis adalah hal yang salah. Seorang penyihir berhasil melakukan perjanjian terkutuk dan membuat masalah di masa depan. Linn dan teman-temannya bertugas menggagalkan rencara penyihir itu *** Ma...