13 🌻

19 6 9
                                    

Mereka semua harus mengabulkan keinginanku, semuanya

•••

Kali ini kelas 10 A, tepatnya kelas Linn berada terasa ramai dan cukup berisik. Para guru sedang sibuk membuat beberapa mata pelajaran kosong tanpa guru mengajar.

Linn dan Ralu berbicara tentang beberapa hal yang berhubungan dengan persiapan hari ulang tahun sekolah.

"Ekskulmu mau nampilin apa?" tanya Linn dengan penasaran.

"Bawang merah bawang putih." Ralu mencoret coret kertasnya dengan bosan.

"Keren! Bakal kulihat!" ucap Linn dengan semangat.

Di tengah obrolan mereka dan keramaian kelas, terdengar suara keras di depan kelas. Semua mata para siswa tertuju pada seorang gadis yang tengah berdiri di depan kelas.

"Perhatian! Ini ada pengumuman buat lomba hari ulang tahun sekolah," ucap seorang siswa yang tak lain adalah ketua kelas 10 A.

"Ada pembagian lomba basket sama voli, setiap kelas ngeluarin satu siswa buat satu lomba. Lombanya cuma buat anak laki-laki!"

Setelah beberapa kali pendapat diterima dan ditolak, akhirnya ada 2 orang yang cocok untuk menjadi perwakilan kelas.

"Oh ya, ini ada lomba ngelukis, wali kelas nyuruh setidaknya satu siswa yang mau ikut di kelas. Siswanya udah ditunjuk, Linn ikut ya!" ucap Elle, yang tak lain ketua kelas.

"Eh?" Linn ingin sekali menolak karena dia merasa malas dan tak punya ide untuk lomba itu.

"Ini, lagian kamu juga udah ditunjuk wali kelas buat ikut lomba ngelukis," ucap Elle sambil memberikan selembar kertas tentang lomba menggambar.

"Oke... " Linn pasrah dan memilih mengikuti lomba itu walau dengan niat yang kecil.

"Semangat," ucap Ralu sambil menunjukkan tangannya yang menggenggam seolah memberi semangat, walau dengan wajah datar yang terlihat menyebalkan.

"Iya," ucap Linn dengan senyum paksanya.

Malam hari dengan cahaya rembulan yang bersinar. Linn tengah bersiap siap akan menuju sebuah cafe yang lumayan sepi. Sebelum dia keluar rumah, Linn harus memberi tahu ayahnya terlebih dahulu.

"Ayah! Linn pergi keluar ya," ucap Linn saat hampir keluar dari pintu rumah.

"Ke mana?" sahut Rai setelah mendengar ucapan Linn dan melihat pakaian rapi Linn.

"Ketemu temen, ada Ralu kok!" ucap Linn meyakinkan Rai.

Rai mengangguk dan memperbolehkannya. Linn menutup pintu rumahnya dan berjalan menuju ojek online yang sudah dia pesan.

Butuh beberapa menit untuk sampai ke cafe itu, Linn bisa melihat seberapa sepi tempat itu. Linn membayar ongkos dan menuju sebuah tempat yaitu, Gemme Cafe. Dengan pelan Linn membuka pintunya dan melihat hanya beberapa orang di sana, termasuk pelayan disana. Dia menuju salah satu meja dan duduk di kursi.

Dengan suasana yang tenang dan sepi, Linn merasa bosan menunggu teman-temannya. Mereka telah berjanji akan bertemu di tempat ini pada jam setengah delapan malam. Tapi Linn sedikit datang lebih awal yaitu jam tujuh malam.

Di tengah kesunyian itu, suara dering telepon dari ponsel milik Linn terus berbunyi. Linn melihat ponselnya dan mengangkat telepon dari nomor tak dikenal.

"Tante Kae?" ucap Linn setelah mendengar suara Kae di sana.

"Linn, kamu lagi sendiri, kan? Mending kamu pulang deh, dari pada ada orang aneh yang kamu temui," ucap Kae, yang terdengar di ponsel Linn.

EDELSTENEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang