4 🌻

20 11 0
                                    

Seorang anak perempuan tengah berlari mengelilingi satu pohon besar. Tepat diatas pohon itu, di salah satu dahan, seorang anak laki-laki tengah duduk menatap langit.

"Hei, kau benar benar tidak tertarik dengan sihir?" Anak perempuan itu berhenti berlari dan menatap seorang yang ada diatas salah satu dahan pohon.

"Sihir itu membosankan," jawab anak laki-laki itu.

Angin berhembus kencang, tempat yang tadinya hanya sebuah taman bunga yang memiliki satu pohon besar terganti dengan tempat sepi di sebuah hutan.

"Sihir itu indah bukan?" tanya seorang gadis berumur 14 tahun itu.

"Ya, sihir tidak terlalu buruk," jawab seorang laki-laki yang tengah memainkan sihir api ditangannya.

Beberapa daun dari pohon pohon di hutan, mulai berjatuhan. Hutan tadi berganti dengan tempat ramai yang hampir penuh oleh manusia.

Terdengar ramai oleh teriakan orang, seorang perempuan tengah digantung ditengah tengah keramaian taman kota.

'Bunuh!'

'Pembunuh!'

'Penyihir jahat!'

Perempuan itu tersenyum licik, "Kalian kira, aku akan mati disini?"

Setelah mendengarkan kalimat itu, seorang gadis terbangun dari tidurnya.

Mata seorang gadis terbuka lebar, detak jantungnya bergerak cepat. Setelah menenangkan diri, dia langsung menatap pada alarm ponselnya yang sudah berdenting.

"Mimpi ini lagi?"

Hari-hari yang membosankan untuk Linn, tidak ada sesuatu yang menarik, hanya belajar, istirahat lalu belajar lagi, begitu seterusnya saat dia di sekolah.

Di jam istirahat ini, Linn mencari cara agar dia tidak bosan. Linn dan Ralu tengah berkeliling di sekolahnya. Hingga mereka berhenti di sebuah ruangan yang terlihat sepi dan penuh dengan buku.

"Mau ke dalam? Di dalam ada novel kesukaanmu," tawar Ralu sambil melirik kedalam perpustakaan sekolah itu.

"Kamu tau dari mana? Bukannya kamu gak pernah ke perpustakaan sekolah ini ya?" tanya Linn.

Ralu diam beberapa saat, lalu menjawabnya, "Pernah. Sendirian, kamu gatau mungkin?"

Linn tidak mau ambil pusing dan memutuskan untuk ikut Ralu masuk ke dalam perpustakaan sekolah.

Di dalam perpustakaan, Linn kagum melihat seberapa luas perpustakaan itu, bukan hanya itu buku-buku di sana tertata rapi sesuai urutan dan jenisnya. Rasanya Linn bisa menginap di sekolah untuk membaca buku-buku di perpustakaan ini semuanya.

Bukan hanya buku saja, namun juga ada komputer-komputer di sebelah kanan rak-rak buku, beberapa komputer yang sering digunakan oleh siswa untuk bermain ataupun mencari informasi.

Setelah mencari buku yang menarik, Linn dan Ralu duduk di salah satu bangku perpustakaan. Perpustakaan yang lumayan sepi, bahkan bisa dibilang sepi.

"Malam minggu gak ada rencana keluar?" tanya Linn pada Ralu.

"Gak ada, kenapa?"

Linn menunjukkan senyumnya pada Ralu, "ayo ke rumahku, kamu boleh nginap kok."

Ralu berpikir sebentar, karena orang tuanya pasti sibuk dan tidak di rumah, mungkin Ralu bisa pergi ke rumah Linn agar tidak bosan di malam hari minggu.

EDELSTENEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang