34

6 5 0
                                    

"Salam kenal kakak-kakak! Aku Siel Darime! Gadis lucu, baik dan rajin menabung!" ucap gadis berkacamata itu dengan semangat.

"Keliatan susah diatur," celetuk Noe sambil mengamati gadis itu dengan teliti.

"Emang," sahut Zev yang tengah berada di pojok gudang tempat mereka berkumpul.

Siel yang mendengar kata itu dari mulut Zev segera menatap Zev dengan sinis dan bibir yang sedikit melipat ke dalam untuk menunjukkan rasa kesalnya.

"Jadi ... kekuatanmu apa?" tanya Ola sambil menompang dagu dengan tangan kirinya.

"Uh jadi ... aku bisa membuat semacam perisai! Cukup bilang pelindung buat aku dan melindungi buat orang lain!" jelas Siel dengan nada semangatnya.

Siel menjelaskan tentang proses penggunaan kekuatannya. Dimana saat Siel mengucapkan kata 'pelindung' maka sebuah perisai akan melindungi dari segala serangan, sedangkan kata 'melindungi' digunakan untuk melindungi orang lain.

Jika kekuatannya aktif untuk melindungi dirinya sendiri, maka tidak bisa digunakan untuk melindungi orang lain. Sebaliknya jika dia melindungi seorang atau sekumpulan orang, maka dia tidak bisa melindungi dirinya sendiri.

"Tipe kekuatan gak cocok buat nyerang," jelas Ralu.

Linn menatap Ola yang sedang mengangguk setuju mendengar ucapan Ralu, Linn dan lainnya juga setuju dengan ucapan Ralu.

"Misalnya, ada orang yang lagi kena bahaya di jalan sepi, posisinya kamu gak ada di sana sama orang itu. Kamu bisa ngelindungin dia?" tanya Noe pada gadis berkacamata itu.

Pertanyaan Noe cukup menarik. Jika Siel benar-benar bisa melakukan itu, maka kekuatan Siel termasuk kekuatan yang hebat. Namun berbeda dari hasil yang mereka harapkan, Siel menggelengkan kepalanya tanda dia tidak bisa melakukannya.

"Syarat kekuatanku itu harus melihat wajahnya dengan langsung," jelas Siel.

Dengan bantuan cctv Siel juga bisa menjaga orang itu, seperti yang dia katakan yaitu dengan syarat melihat wajahnya. Linn melihat Ralu menghela napas seolah harapannya telah hilang.

Setelah pembicaraan yang cukup lama, Siel memutuskan untuk pulang ke rumahnya dengan bantuan tiruan Ralu yang meniru wujud supir pribadinya. Jika Ralu benar-benar meminta bantuan supir pribadinya, bisa-bisa ayahnya mendapat laporan aneh.

Perlahan, kepala Linn terasa pusing, hingga rasanya dia bisa hilang kesadaran. Entah kenapa tubuhnya terasa tergerak dengan sendirinya.

Linn tersenyum sambil menompang dagunya dengan tangan kanannya. Kaki kanannya dia naikkan ke atas kaki kirinya. Dengan aura seperti itu dan tatapan liciknya sudah terlihat jelas, dia bukan Linn melainkan Mara.

"Ah, sayang sekali aku tidak bisa mengambil mana kalian langsung di sini," keluh Linn atau lebih tepatnya Mara yang mengendalikan tubuh Linn.

Semua langsung menatap ke arah Linn dan menjauh dari Linn. Noe segera mengeluarkan pedangnya dan hampir menyerang tepat pada bagian leher Linn.

"Menurutmu, jika tubuh gadis lemah ini terluka, apa yang terjadi padanya?" tanyanya sambil tersenyum manis.

Tawa liciknya terdengar di tengah ruangan kecil itu. Mereka tidak bisa menyerang Mara, jika mereka menyerangnya sama saja seperti menyerang Linn.

"Ah sayang sekali, ada tidaknya gadis ini di sekitar kalian tidak akan menghentikanku untuk mengetahui rencana kalian, Seph benar-benar aneh dalam dunia sihir," ucap Mara dengan nada meremehkan.

Ralu menunjukkan raut kaget karena fakta yang baru saja dia ketahui. Seorang yang mereka lawan bukanlah sosok wanita lemah, melainkan sosok wanita penyihir yang sudah hidup ratusan tahun. Mana mungkin mereka bisa mengalahkannya dengan mudah.

EDELSTENEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang