Kenyataan Pahit

1.4K 100 16
                                    

"Mau bercerita tentang mimpimu?" tanya Samuel yang masih dengan setia memberikan ketenangan melalui dekapannya.

Anna menjawabnya dengan menggelengkan kepalanya di depan dada Samuel. Kini posisi duduk Samuel cukup dekat. Dia duduk di tepi kasur tepat sebelah Anna. Dia pikir, agar Anna mudah melepas kerinduan dengannya, (biarkan anak remaja ini percaya dengan dirinya sendiri. Tapi kurasa, terlalu percaya diri seperti dia justru yang membohongi diri sendiri). Samuel tersenyum mengingat apa yang baru saja dia pikirkan. Bagaimana bisa Anna merindukan Samuel yang dua puluh menit sebelumnya selalu bersamanya?

Anna mulai melepas pelukannya yang terkesan dramatis, lalu menatap Samuel dalam. Anna tidak terima bila mimpi itu benar adanya dan akan terjadi dalam hitungan hari. Mengingat di sana ada Laura yang belum lama memenuhi pikirannya. Belum lagi Nico yang baru saja bergabung dalam kehidupannya untuk memberi warna tambahan di hari-hari Anna. Dia bahkan rela mati demi menyelamatkan orang-orang itu. "Kau harus berjanji Sam, untuk tidak meninggalkanku," ucap Anna tiba-tiba setelah mereka bertatapan cukup lama.

Samuel yang mendengar itu, menjadi lebih percaya diri bahwa Anna benar-benar merindukannya. "Ya, aku berjanji. Tapi,"

"Berjanji apa?" tanya Anna memastikan kalau Samuel benar-benar tidak akan meninggalkan Anna.

"Iya, iya. Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu. Sekarang kau harus bercerita, tak ada penolakan, kenapa tiba-tiba kau memintaku untuk mengucapkan janji itu?" tanya Samuel.

Anna menggeleng lemah. "Entahlah. Perasaanku tidak enak saja," jawab Anna asal. Anna bukan pembohong yang hebat. Jadi, inilah satu-satunya alasan yang tersangkut di kepalanya.

"Oh iya, sebenarnya, apa sih yang membuatmu pingsan tadi?" tanya Samuel yang sejak tadi penasarannya ingin keluar dari mulutnya. "Kau melihat sesuatu yang menyeramkan atau bagaimana?"

Anna mendadak kaku. "Oh, itu susah dijelaskan. Percaya atau tidak, kalau tadi iblis menyerangku."

Samuel tidak terlalu kaget, karena sebelumnya Lucas sudah memberitahunya. Lucas memang sudah merasakan hawa iblis ketika pintu gudang terbuka. Tapi dia tidak berpikir kalau Anna akan terserang oleh iblis itu. Dia tidak berpikir sejauh itu. Dan penyebab mengapa Anna pingsan adalah, hm... kata Lucas mungkin karena kejelekan rupa mereka. Maka dari itu, Anna tidak tahan melihat wajah seburuk itu.

"Iblis itu berubah menjadi kabut. Lalu kabut itu mendekatiku. Aku merasakan sesuatu yang panas dan juga dingin saat mereka menyentuh kulitku. Rasanya seperti, ada sesuatu yang menempel waktu itu."

Pintu kamar klinik terbuka dan menampakkan Robert yang terlihat lelah. Dia mengehela nafasnya kasar. "Mengapa hidupku kacau sekali sih?!" gerutunya.

"Ada apa?" tanya Samuel mencoba simpati.

"Ibuku memaksaku untuk ikut Frankie berkeliling hutan. Argh!!! Belum lagi David yang sudah siuman. Sekarang, kau menambahkan derita di hidupku," omel Robert sambil mulai mendudukkan bokongnya di salah satu sofa di kamar itu.

"Aku?" tanya Anna karena merasa dirinyalah yang tadi disebut Robert.

"Tentu saja! Siapa lagi yang bisa membuat keributan separah ini?!" tanya Robert tanpa perlu meminta jawaban. Dia menutup matanya dengan menggunakan lengan kanannya sambil bersandar di kepala sofa."Kau tahu, sekarang di luar sedang ada pemeriksaan ketat-ketatan. Huh, aku juga bingung bagaimana iblis-iblis itu bisa masuk. Mungkin mereka memakai jimat atau semacamnya..." Robert menggantungkan kalimatnya dan menatap Anna dan Samuel yang sedari tadi memang tidak melepaskan pandangan mereka dari Robert. "Apa?" tanya Robert meminta penjelasan karena sudah diejek dengan tatapan itu.

"Apa acara mengomelmu sudah selesai?" sindir Samuel sambil tersenyum kecil.

Robert memutar kedua bola matanya sebal sambil mulai bangkit dari ketidaknyamanannya. "Aku ke sini disuruh untuk memeriksamu. Jadi jangan buat aku berubah pikiran dan berbohong pada yang lain kalau kau sebenarnya mempunyai penyakit menular," ucap Robert dengan tatapan seriusnya seraya berjalan ke samping kasur Anna.

The First ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang