Luka siapa tuh di media? 😮
Hihihi🙈Hati-hati Lucas mau curhat...
****
Itu tidak mungkin terjadi, pikir Anna.
"SAM!" teriak Anna memanggil Samuel kencang. Tapi tak ada jawaban. Anna mulai panik. Dia bergegas mengitari rumahnya sambil memanggil-manggil nama Samuel. Dia berputar-putar dalam rumah itu. Tapi dia tidak menemukan apa-apa. Tanpa Anna sadari air matanya mulai keluar dari tempatnya. Kepanikan benar-benar menguasainya sehingga dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang seharusnya ia lakukan.
Anna berlari keluar rumahnya, dan keadaannya masih sama, sepi, tidak ada apa-apa. "SAMUEL!" panggil Anna sekali lagi.
Masih sunyi, kecuali, suara tangisan Anna yang mulai mengencang.
Jantung Anna semakin bergemuruh seiring dengan pikirannya yang mengembara kemana-mana. Anna jatuh berlutut di atas rerumputan halaman rumahnya. Dia memandang kosong jalan di depannya. Bagaimana jika Samuel diculik seseorang? Bagaimana jika Samuel telah dibunuh?
"Tidak tidak tidak," ucap Anna pelan dengan kepala tertunduk sambil menggelengkan kepalanya berkali-kali.
"Samuel," Anna berbisik, berharap ada seseorang yang mendengarnya, berharap Samuel mendengarnya. "Sam," bisiknya lagi.
Sebanyak apa pun ia berbisik di tengah kesunyian itu, tidak akan ada orang yang meresponnya. Karena orang-orang sudah pergi meninggalkan tempat ini dan Anna tidak tahu kemana mereka pergi.
Lalu terlintas di pikirannya, wajah ayahnya yang sedang tertawa dengan bahagianya melihat semua rencananya berjalan dengan lancar, tanpa ada yang mengganggu. Dan saat itu juga, nafas Anna memburu oleh dendam atas semua orang yang mati di kota ini.
Anna bangkit dengan meloncat kecil dan langsung berlari ke dalam rumahnya. Dia mengambil pedang malaikat di dalam kamarnya lalu membungkusnya kembali dengan koran yang tadi membungkusnya dengan terburu-buru. Lalu Anna menyebutkan mantranya, mantra yang membuat pedang itu tak kasat mata. Dia berjalan keluar kamarnya dan berhenti di tembok dimana tongkat runcing itu tertancap di sana. Dia memandangnya sebentar. Ini bukan darahmu kan Sam? pikir Anna. Anna mencabut tongkat itu dan membawanya keluar.
Kini kepalanya benar-benar terasa pusing. Kadang pandangannya sedikit kabur, tetapi beberapa detik kemudian, pandangannya kembali normal. Dan Anna harus berhenti sejenak untuk menyesuaikan pandangannya.
Anna pikir, mencari Lucas adalah satu-satunya cara terbaik untuk meminta pertolongan di saat seperti ini, walau Lucas pun juga sedang dalam kepedihan. Tapi bagaimana lagi? Kini Lucas lah orang terdekat yang Anna miliki.
Akhirnya Anna sampai kembali di tempat ini. Dan apinya sudah tidak ada. Para penyihir yang tadi sedang berlarian juga sudah tidak terlihat. Anna terus mengedarkan pandangannya. Tidak ada Lucas. Mayat Nico yang sudah hangus pun tidak ada. Kemana mereka?
Dengan sisa-sisa senggukannya, Anna memanggil Lucas pelan. "Lucas... Lucas..."
Tapi tidak ada yang menjawab.
Anna memutuskan untuk berkeliling di sekitar sana untuk mencari orang lain, yang bisa Anna ajak bicara.
Tapi tetap tidak ada orang.
Sampai ada suatu suara aneh di belakang rumah Lucas yang hampir rata dengan tanah, tepatnya semak-semak yang menjadi batas antara hutan dengan permukiman para penyihir. Yang Anna dengar adalah suara besi yang bergesekan dengan besi, lalu besi yang jatuh dan pintu yang berderit. Ketiga suara itu berbunyi berurutan. Lalu muncul lah cahaya dari sela-sela daun di semak-semak itu, cahaya orange yang redup. Anna berjalan mendekatinya, berusaha untuk tidak menimbulkan suara sekecil apa pun. Dia mulai mengangkat tongkat yang ia bawa dengan posisi siap untuk menyerang apa pun itu yang bercahaya.
![](https://img.wattpad.com/cover/23362892-288-k252453.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The First Chance
AdventureAnnabelle, remaja berumur empat belas tahun ini, telah menemukan buku seorang penyihir. Buku itu seakan-akan berbicara dengan Anna. Anna pun tidak tahu mengapa dia menjadi yang terpilih. Tapi entah kenapa, Anna sangat tergila-gila pada kisah yang su...