Kisahnya penyihir

1.7K 137 11
                                    

Para readers tersayang, maaf. Dari kemarin moodnya author benar-benar berantakan. Akibatnya, ragu-ragu buat ngelanjutin part ini. Jadi, idenya keluar masuk otak author, gak ada yang nyangkut.

Para readers terhormat, author sangat-sangat-sangat membutuhkan moodbooster. Author ingin mendengar kalian. Teriaklah sekencang-kencangnya. Kalian mau kan author cepet update, so, kalian tahu apa yang harus kalian lakukan;)

Setelah baca ini, semoga kalian suka dan gak bosen yah, lav yu, muahh;*

****

30 menit yang lalu

"Menurutmu, bagaimana penyihir tercipta?" tanya Richard mulai memutari meja dan duduk di kursi di balik meja tersebut. Lalu Richard menyuruh Anna untuk duduk di sampingnya.

Anna terlihat berpikir dengan mengerutkan dahinya. "Anugrah?" tebak Anna yang teringat akan buku diari milik Isaac.

Richard tersenyum. "Jangan terpaku pada satu hal yang masih membuatmu ragu, Anna," balas Richard

"Lalu?"

"Kau tidak pernah mendengar tentang penyihir di duniamu?" tanya Richard yang mulai memutar kursinya agar berhadapan dengan Anna.

"Aku pernah menonton sebuah film, katanya, penyihir itu... mempercayai sesuatu yang gaib. Misalnya jin, apa itu benar?" tanya Anna.

Sekarang Richard yang terlihat berpikir. "Hm, mungkin," jawab Richard sambil tersenyum.

Anna kembali heran. "Kenapa mungkin?"

"Mungkin kau bisa menebaknya sendiri," balas Richard.

Anna mengerutkan dahinya kembali. "Bagaimana aku bisa menebaknya kalau semua tebakanku sangat meragukan di sini?" tanyanya sambil menunjuk pelipis kanannya.

Richard menghela nafasnya dengan berat. "Aku akan mengulang masa laluku demimu. Aku tidak perlu bertanya apa kau siap untuk ini atau tidak, karena jawabannya pasti iya. Dan kuperingatkan padamu. Jangan berlarut dalam kisah konyol ini. Pejamkan saja matamu bila tidak sanggup melihatnya. Tutuplah telingamu bila tidak kuat untuk mendengarnya. Rapatkan mulutmu bila suara pekikanmu tidak ingin terdengar. Lalu terakhir, cukup engkau saja yang mengetahui ini. Ini seperti dokumen negara yang sangat rahasia. Berbanggalah engkau karena aku membolehkanmu memasuki masa kelamku." Belum sempat Anna membalas, Richard sudah memegang kedua lengan Anna dengan tangan kokohnya dan seketika itu juga penglihatannya memudar.

Anna mengerjapkan matanya berkali-kali. Berusaha menormalkan matanya yang terasa begitu berat. Saat matanya berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan ini, barulah terpampang perbedaan dari lima detik yang lalu. Di hadapannya tidak ada lagi Richard, lengannya bebas bergerak menembus udara, dan hidungnya dapat merasakan kesejukan di bawah hangatnya mentari. Lalu sebuah pertanyaan mulai menghantuinya, dimana aku? pikir Anna histeris.

Tiba-tiba saja pandangan matanya memudar dan berubah lagi. Semua yang dilihat Anna seperti asap yang sedikit demi sedikit tertiup angin. Dan datang lagi asap lain sebagai penggantinya. Kini terlihat orang ramai sedang bercengkrama di sekelilingnya. Sepertinya sedang diadakan pesta di sini. Tapi anehnya, pesta ini berbeda dari pesta yang pernah Anna lihat. Tidak ada balon atau hiasan di langit-langit, tidak ada orang yang memakai gaun-gaun cantik, tidak ada yang menunjukjan bahwa di sini sedang ada pesta, hanya saja ramai.

Anna mencoba mendongakkan kepalanya sambil kakinya berjinjit, berharap dia bisa melihat apa yang sedang dikerumuni orang-orang ini. Ternyata di depan kumpulan orang ini sedang ada beberapa orang yang menaiki panggung. Sedang apa mereka?

"Poling suara tertinggi jatuh kepada, Tuan Arthur." Setelah itu gemuruh tepuk tangan saling bersahutan. "Anda dipersilahkan naik, Tuan," ucap orang itu lagi. Semua orang yang berada di acara ini saling celingak-celinguk, mencari sosok yang ditunggu-tunggu. "Tuan Richard Arthur?" panggil orang itu lagi. Anna pun juga mencari keberadaan Richard di sini. Tapi sejauh pandangannya, dia tidak dapat menemukan keberadaan Richard.

The First ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang