Satu setengah jam yang lalu
Dor! Dor!
Suara tembakan menggema dan membuat makhluk hidup di hutan itu terlonjak kaget akan suaranya.
"Kau penyebabnya!" bisik Robert saat melihat Samuel berbalik. Robert tahu, mungkin itu tembakan peringatan dari anak buah Dan Frankie atau Frankie sendiri. Tapi dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Haruskah mereka semua berlari dan mencoba untuk melarikan diri? Atau diam di sini menunggu jemputan yang akan mengantar mereka ke hadapan ketua? Lalu apa yang harus mereka katakan? Kenyataan tentang Isaac masih belum bisa disebarkan dan pastinya para penyihir akan merasa khawatir akan nyawa mereka. Para Deandle yang sudah terlatih pun belum tentu bisa langsung memusnahkan Isaac dalam satu malam. Butuh banyak waktu dan juga pasukan untuk menyerang Isaac.
Robert tidak punya banyak waktu untuk memikirkan apa yang harus mereka lakukan. Karena baru saja tiga lelaki dengan seragam khusus berwarna hijau lumut menemukan mereka dari balik semak-semak yang lebat dengan senapan di tangan mereka. Di belakang mereka, seorang lelaki tua dengan janggut putih dan kaus hitamnya berjalan dengan gagah sambil menenteng pedang yang cukup besar untuk menebas kepala seseorang. Lalu dia berkata, "Ternyata Parker, ya?" Lelaki tua itu terus berjalan ke arah Robert sambil tersenyum miring. "Kalian sedang apa?" tanya lelaki itu yang sekarang sudah berwajah datar sambil melempar pandangannya dari Samuel, Robert dan Sandra.
"Pak Christoff menyuruh kami untuk menemuinya," kata Robert sambil menatap mata lelaki itu lekat-lekat.
"Seharusnya kalian membawa anak perempuannya Isaac. Dimana dia?" tanya lelaki itu lagi.
Robert berpikir keras bagaimana caranya memberitahu Dan Frankie ini kalau Anna sedang bersama ayahnya yang ternyata adalah tubuh pacarnya. Dan dia hanya bisa pasrah sambil memperhatikan Sandra. "Ini," kata Robert sambil menepuk pundak Sandra dan membuat Sandra melotot seketika.
Lelaki bernama Frankie itu menghela nafas berat sambil memutar bola matanya. "Bawa mereka!" perintah Dan Frankie yang tertuju kepada tiga orang yang tadi hanya memperhatikan. Dengan sigap, ketiga lelaki berseragam itu langsung menarik paksa Robert, Sandra dan Samuel.
Robert sadar, Frankie pasti tahu kalau ia tadi berbohong. Terlihat dari sorot matanya yang mulai kesal akan kebohongan Robert tentang Anna. Tapi mungkin itu sudah biasa. Dia dan Frankie "cukup dekat". Tapi Robert dan Frankie hanya bertemu saat Robert sedang berada di kota saja. Tidak jauh dari ibunya, Robert selalu menemukan Frankie dengan janggut palsunya. Dan setiap mereka berdua bertemu dan saling menatap, Frankie selalu tersenyum dengan polosnya tanpa tahu kalau sebenarnya Robert sangat kesal saat si Frankie ini mendekati ibunya.
"Ayahmu gila," kata Frankie di belakang Robert tiba-tiba. "Dia selalu tertawa di dalam selnya. Aku bingung, kenapa ibumu bisa menikahi orang seperti dia," lanjutnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Robert menghela nafas berat. Tapi ia berusaha untuk menghormati orang tua ini dengan meladeni percakapan tentang ayahnya. "Aku juga bingung. Kenapa ibuku bisa punya hubungan dengan orang sepertimu."
Bukannya kesal, Frankie justru tertawa kecil. "Karena kau tidak mau mengenal diriku. Itu sebabnya kau bingung," katanya sambil memandang Robert dari belakang. "Kita pasti akan bersama. Tidak lama lagi. Kuharap,"
Robert berhenti berjalan dan langsung menengok. "Kuharap kau bebaskan aku sekarang juga dan menjauh dariku!" kata Robert sambil memberontak ingin terlepas dari tangan-tangan berotot yang menahan lengannya. Tapi tangan itu terlalu berotot, sehingga Robert tidak bisa bergerak sedikit pun.
"Kau mengalihkan pembicaraan kita, Robert," kata Frankie dengan tatapan datar. "Kuharap, kau mau mengikuti permainanku dan menuruti apa yang aku katakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
The First Chance
AvventuraAnnabelle, remaja berumur empat belas tahun ini, telah menemukan buku seorang penyihir. Buku itu seakan-akan berbicara dengan Anna. Anna pun tidak tahu mengapa dia menjadi yang terpilih. Tapi entah kenapa, Anna sangat tergila-gila pada kisah yang su...