Masa Orientasi Penyihir [FAILED]

2.2K 159 2
                                    

"Tuan, ramuan anda sudah siap," kata seorang lelaki tua kepada lelaki yang lebih muda.

Lelaki tua itu membawa sebuah cangkir yang berisi sebuah ramuan. Setelah majikannya mengangguk, lelaki tua itu keluar dari ruang kerja sang majikan. Lelaki yang lebih muda, atau majikannya, segera menyeruput ramuan itu hingga tak tersisa. Saat dia mencicipinya, rasa yang sangat pahit mengikatnya untuk sementara. Lidahnya terasa mati sekarang. Tidak ada yang ia rasakan setelah ramuan itu habis diminumnya.

Cangkir yang ia pegang, ia taruh kembali di tempatnya seperti semula dengan tangan gemetar. Lalu, dengan gerakan cepat, dia berlari menuju lemari kayu besar berukiran lengkukan-lengkukan aneh di belakangnya. Saat pintu lemari itu ia buka, seorang wanita berlumur darah jatuh tepat menimpa tubuhnya. Matanya tertutup rapat dengan hidung yang berdarah-darah. Pakaiannya terkoyak sudah. Banyak sayatan pedang ataupun pisau mengelilingi tubuhnya. Rambutnya sedikit hangus pada bagian ujungnya yang mungkin terkena percikan api. Di pergelangan tangannya, ada sebuah bekas ikatan tali yang kencang. Karena bekas itu sampai menimbulkan luka.

Saat lelaki itu membopong wanita yang berlumur darah ke tempat duduknya yang mewah, dia memegang kedua tangannya, lalu dia memejamkan matanya. Sebuah asap putih mengelilingi mereka. Berputar-putar layaknya badai. Dan, setelah lama kemudian, asap itu mulai menghilang. Lelaki tadi sudah tergeletak di atas lantai keramik dengan mata tertutup. Tangannya terkulai lemah di atas dadanya seperti mayat. Rambutnya berubah menjadi putih uban yang rapuh seperti abu. Kulitnya mengkeriput. Badannya mengurus seperti tidak mempunyai daging satu ons pun. Wajahnya mulai membentuk tengkorak. Rambutnya kini habis karena tertiup angin. Mata yang tertutup seakan benar-benar hilang karena kulit di wajahnya yang semakin menipis. Tangan, kaki, serta tubuh-tubuhnya, hanya tulang yang terlihat.

Sedangkan wanita yang berlumur darah, kini menggerakkan ujung jarinya. Darah yang menempel dikulitnya, seakan-akan masuk kembali ke tempatnya yang semula. Darah itu naik dan turun hingga mengumpul di bagian dada wanita itu. Tepatnya di bagian jantungnya berada. Lalu darah itu terserap ke dalamnya yang ternyata ada sebuah lubang besar bekas tusukan pedang. Dan perlahan, luka itu tertutup. Yang menimbulkan cahaya merah saat kulit-kulit itu menyatu kembali. Rambut yang tadinya terlihat sangat kacau, sekarang seperti terawat oleh salon. Tampak mengkilat dan berwarna coklat bersih. Sayatan-sayatan pedang tertutup kembali sama seperti lubang tadi. Kulit terlihat terbakar. Tapi ini menyatu, bukannya membelah. Dan perlahan matanya terbuka melihat keadaan. Hembusan nafas mulai terdengar. Lalu dia menegakkan badannya untuk duduk tegak di kursi itu. Dia memperhatikan tulang-tulang yang berusaha menjadi manusia di dekat kakinya.

Lalu dia mendekati laki-laki itu dan berbisik, "Mantraku berhasil," katanya sambil mengelus ujung kepala yang sudah botak itu. "Aku berhasil melakukannya sayang. Jiwaku abadi," lanjutnya. Lalu dia bangkit dari posisi duduknya, berjalan ke arah jendela yang memperlihatkan pemandangan kota para penyihir. "Tunggu aku sayang. Aku pasti akan menjemputmu."

****

"Aku sangat ingat pertama kali aku kesini," kata Alexa yang sedang duduk di sebuah kursi besi yang sudah disiapkan para petugas untuk tes ini. "Dia memarahiku karena aku tidak sengaja menyobek bajunya," lanjutnya sambil menatap Robert.

"Kau sengaja. Bukannya tidak sengaja," balas Robert yang sedang berdiri tepat dihadapan Alexa.

"Oh ya? Saat itu aku hampir terpeleset. Kalau saja aku tidak memegang kausmu yang bau keringat itu, aku pasti sudah gagar otak," kata Alexa sambil tertawa kecil.

"Oke," kata Robert mengangkat tangan menyerah. "Jadi, silahkan ucapkan terima kasih pada kaus berhargaku yang bau keringat itu," ledeknya.

"Terima kasih sayangku," kata Alexa yang balas meledek sambil mengedipkan sebelah matanya pada Robert.

The First ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang