"Maaf ya?" tanya Anna sambil mengobati lengan Samuel yang terkena luka dengan obat merah. Sekarang, Anna sedang duduk di kasur Samuel. Tempat dimana dia tadi tertidur.
"Aww.. Pelan-pelan, Anna," kata Samuel yang berusaha menahan sakitnya tapi lukanya terlalu perih. "Maaf untuk apa?" tanya Samuel yang bingung karena Anna meminta maaf.
"Aku kan yang menyuruhmu untuk mencoba tes di peti itu," kata Anna yang terus melanjutkan mengolesi obat merah. "Dan juga, yang melukaimu ini ayahku," lanjutnya sambil menekankan kapas itu di lengannya.
"Kau merasa bersalah lagi?" tanya Samuel dengan tawa kecilnya. Tapi Anna justru terdiam dan menunduk. "Hey, lihat aku!" perintah Samuel tapi Anna tetap menunduk. "Kubilang, lihat aku!" kata Samuel tetap lembut. Dan mata Anna menatap sedih mata hitam Samuel. Samuel menarik dagu kecil milik Anna agar lebih mendekati wajahnya. "Kalau kau terus-terusan merasa bersalah seperti ini, ayahmu pasti akan menang."
Anna hanya bisa diam. Dia tidak tahu apa yang memicu jantungnya sampai bisa berdetak tidak normal seperti ini. Apa mungkin tatapan itu? Atau wajah yang sedekat ini?
Anna mengangguk dan menunduk kembali. Samuel menarik dagu Anna kembali agar jantungnya tetap berdetak secepat ini. "Dengar! Kau ini Zeptic. Pasti kau bisa membaca pikiranku kan?" tanya Samuel yang mulai jahil.
Yang Samuel pikirkan adalah, Anna membenarkan posisinya. Mengalungkan kedua lengannya di leher Samuel dan memulai sesuatu yang telah dinantikan oleh Samuel. Tapi, sepertinya itu tidak mungkin. Anna bukan tipe wanita yang tertarik akan hal seperti itu.
Anna menggeleng. "Aku tidak bisa membacanya. Aku belum diajari cara membaca pikiran seperti ini oleh Robert. Tadi aku membaca pikiran hewan, bukan manusia," kata Anna yang sudah selesai mengobati luka Samuel. Sekarang tangan Samuel sudah dibalut dengan perban putih dengan bercak merah sebagai obatnya.
Samuel tampak ragu, tapi dia berusaha melupakan kata itu. Yang dia fokuskan hanyalah menatap Anna tanpa ada angin yang menembus tatapan itu.
Dengan jantung yang melompat-lompat, Samuel memperkecil jarak diantara mereka. Samuel mulai mengangkat Anna ke atas pangkuannya. Dan Anna hanya diam karena dia tidak tahu apa yang akan dilakukan Samuel. Lalu Samuel berbisik tepat di telinga Anna untuk pertama kali. "Aku senang kau mencemaskanku tadi," kata Samuel dengan nafas di telinga Anna yang membuat Anna merinding. "Aku senang kita ditakdirkan seperti ini," lanjutnya yang mulai memeluk pinggang Anna dan memiringkan wajahnya dengan mata tertutup. Dan Samuel mempertipis lagi jarak yang mereka punya.
"Sam," panggil Anna pelan dengan sedikit ketakutan. Karena Anna benar-benar belum melakukan ini dan dia benar-benar tidak tahu apa ini.
Tapi Samuel tidak menghiraukan panggilan itu. Matanya tetap terpejam dan semakin mendekat membuat Anna lupa cara bernafas. Dan pada akhirnya, Anna pasrah. Dia pun memejamkan matanya dan mulai membantu Samuel menipiskan jarak yang mereka punya. Bibir tipis Anna berhasil menempel di bibir Samuel. Dengan lembut, Samuel mencium Anna tanpa penolakan sama sekali.
"Hm, enak ya?" tanya Robert jahil yang ternyata sudah berdiri di depan pintu kamarnya. Tangannya menopang tubuhnya dengan bersender di pinggir pintu.
Anna yang tahu kedatangan Robert langsung memberontak ingin turun dan Samuel tidak menolaknya. Karena Samuel juga kaget akan kedatangan Robert. "Sejak kapan kau di situ?" tanya Samuel malu.
"Hm, sejak kau berkata kalau Anna Zeptic. Dan aku membaca pikiranmu. Dasar bocah," kata Robert dengan tawa kecilnya. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya. Bocah berumur lima belas tahun sudah berpikiran yang tidak-tidak. Tapi, dia juga pernah merasa seperti ini tentunya. Pada umur enam belas tahun. Tepat di kamar ini. Dan bersama Alexa tentunya. Dia hampir saja kelepasan kalau tidak ada Sandra yang memergokinya seperti dia tadi.
![](https://img.wattpad.com/cover/23362892-288-k252453.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The First Chance
AventuraAnnabelle, remaja berumur empat belas tahun ini, telah menemukan buku seorang penyihir. Buku itu seakan-akan berbicara dengan Anna. Anna pun tidak tahu mengapa dia menjadi yang terpilih. Tapi entah kenapa, Anna sangat tergila-gila pada kisah yang su...